Lihat ke Halaman Asli

Wahyuni Susilowati

TERVERIFIKASI

Penulis, Jurnalis Independen

Israel: Pecundang Terbesar Sepanjang Masa

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Israel biadab? Tidak berperikemanusiaan? Tidak tahu balas budi? Pencaplok hak orang lain? Munafik? Pendusta? Itu sih cerita lama yang akan terus berulang sepanjang sejarah keberadaan kaum zionis tersebut di muka bumi.
Lihat bagaimana Allah Swt menegur Bani Israel dalam QS Al-Baqarah, 2:44,’Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?.’. Luar biasa, munafik yang betul-betul 24 karat!
Nabi Musa a.s. diperintahkan untuk berdakwah pada tiran Mesir Kuno Firaun dan para pengikutnya sekaligus membebaskan Bani Israel yang ditindas habis-habisan di bawah kekuasaannya. Pada masa itu mereka mengalami teror setiap saat karena dipaksa menyaksikan satu demi satu anak lelaki mereka disembelih oleh para pengikut Firaun. Musa a.s. meloloskan mereka dari kejaran balatentara Firaun dengan mukjizat membelah Laut Merah hingga terbentang jalan untuk lari ke seberang dan Firaun beserta pasukannya tenggelam saat lautan dipersatukan kembali (QS Al-Baqarah, 2:49-50). Namun apa yang mereka perbuat setelah berhasil diselamatkan?
Memang super duper tengik karakter Bani Israel ini. Bayangkan, setelah dimerdekakan dari penindasan yang begitu menggiriskan, hal pertama yang mereka lakukan adalah merengek-rengek pada Musa agar beliau bersedia memohon pada Allah untuk mendrop bahan makanan langsung dari langit! Maka diturunkanlah mann (sejenis madu) dan salwa (sejenis burung puyuh). Allah juga berkenan menurunkan awan untuk menaungi mereka dari sengatan matahari di gurun pasir (QS Al-Baqarah, 2:57).. Alangkah sayang Allah pada mereka…
Lantas Musa meminta mereka menunggu selama 40 malam saja karena beliau diperintahkan menghadapNya di gunung Sinai untuk mendapatkan Taurat, namun baru beberapa hari saja Sang Nabi pergi, keimanan Bani Israel pun goyah. Enteng saja mereka mengikuti ajakan Samiri untuk menjadikan patung anak sapi sebagai sesembahan mereka dan memunggungi Rabb yang jelas-jelas telah dengan begitu baik memelihara mereka. Layaklah kekurang-ajaran itu diganjar dengan hukuman membunuh diri mereka sendiri sebagai bukti pertobatan agar Allah berkenan mengampuni mereka (QS Al-Baqarah, 2:54).
Perhatikan juga saat mann dan salwa tidak cukup lagi untuk memenuhi kerakusan mereka :
‘Dan (ingatlah), ketika kamu berkata,”Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia member kami apa yang ditumbuhkan bumi; seperti sayur mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapatkan kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.’ (QS Al-Baqarah, 2:61). Dinistakan memang sudah sepantasnya bagi sebuah kaum yang begitu tidak tahu diuntung!
Ketamakan mereka pulalah yang menyebabkan Bani Israel berani melanggar perjanjian dengan Allah menyangkut peribadatan di hari Sabat (= Sabtu, hari khusus bagi kaum Yahudi untuk ibadat) sehingga Allah mengubah mereka menjadi kera (QS Al-Baqarah, 2:65). Tak cukup sampai di situ, Kitab Taurat pun mereka permainkan sekehendak hati agar sejalan dengan kemauan nafsu mereka (QS Al-Baqarah, 2:78-79). Saling bunuh, senantiasa mengingkari janji, hedonistik, dan menghalalkan segala cara adalah karakteristik Bani Israel yang diabadikan oleh berbagai surat dalam Al-Qur’an.
Penistaan Israel atas Masjidil Aqsha beberapa waktu lalu semakin mempertebal cap dzalim di kening budak-budak zionis itu sebagaimana pernyataan Allah Swt dalam QS Al-Baqarah, 2:114 berikut :
‘Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang melarang di dalam masjid-masjid Allah untuk menyebut namaNya, dan berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas ememasukinya kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan di dunia dan di akhirat mendapat azab yang berat.’
Kehinaan? Tengoklah bagaimana bendera-bendera Israel diinjak-injak oleh para demonstran di seluruh penjuru dunia yang mengutuki kebiadaban mereka membantai para relawan kemanusiaan tak bersenjata di kapal Mavi Marmara akhir Mei lalu. Simak pula kekejian Israel memcaploki negara milik bangsa Palestina tempat mereka menumpang selama ini dan cara mereka memperlakukan tuan rumahnya sebagai sandera blokade dan obyek holocaust. Menilik ketamakan yang menjadi karakter dasar, modus operandi itu pasti akan terus berulang sepanjang keberadaan mereka di muka bumi ini. Tak ada alasan bagi mereka yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang beradab kecuali bersatu menggalang kekuatan untuk meredam kebrutalan Israel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline