Lihat ke Halaman Asli

Wahyuni Susilowati

TERVERIFIKASI

Penulis, Jurnalis Independen

Kiprah Perjuangan Para Mualaf Eks Timor Timur di Sumedang

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14022797471871330004

Desintegrasi Timor Timur dari NKRI setelah proses referendum pada 30 Agustus 1999 mengukuhkan pendapat mayoritas warganya untuk menolak otonomi khusus dan memilih berdiri sendiri sebagai negara independen. Pada proses peralihan itu ada berbagai peristiwa yang mewarnai interaksi sosial di kalangan warga kawasan yang kemudian menjelma menjadi negara Timor Leste itu.

Izabel Dasilva dan Hasan Basri, suaminya, yang dikaruniai hidayah untuk menjadi pemeluk Islam mendapat berbagai ujian yang akhirnya menyudutkan mereka pada kondisi yang dialami oleh Nabi Muhammad Saw beserta para sahabat beliau di Mekah sebelum turunnya perintah dari Allah Swt untuk hijrah ke Medinah.

[caption id="attachment_341341" align="aligncenter" width="505" caption="Izabel (insert) berjuang untuk jalan hidup pilihannya (dok WS)"][/caption]

Izabel yang kemudian berganti nama menjadi Siti Khodijah bersama keluarganya dan keluarga-keluarga lain yang senasib sepenanggungan akhirnya memutuskan hijrah ke Indonesia untuk menjaga kelangsungan perjalanan kehidupan mereka yang tujuan akhirnya telah mereka tetapkan dengan jiwa, yakni menjemput ridlo Rabb Azza wa Jalla. Berita terbaru dari Izabel dan sahabat-sahabatnya adalah berdirinya Yayasan Lemorai Timor (Yaltim) Indonesia pada tanggal 22 Juli 2009 di Desa Gunung Manik, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Panti Latiful Muhtadin yang bernaung di bawah yayasan tersebut,menurut Izabel saat ditemui pada Minggu (8/6) lalu, kini menampung 102 orang anak-anak dari berbagai tingkatan usia maupun masyarakat dhuafa yang menyandang status mualaf dari kawasan eks Timor Timur. Visi panti ini dalam konteks pendidikan anak adalah membentuk generasi Islam yang mampu menjalani pola hidup sederhana, sanggup mempromosikan konsep Allah Swt dan sunnah Rasul Saw menjadi konsep yang paling bermanfaat, serta tidak meninggalkan kewajiban dan tanggungjawab sebagai insan Islam sejati demi mencari kesenangan diri.

Anak-anak panti disebar ke berbagai lembaga pendidikan dari jenjang SD sampai perguruan tinggi untuk menimba ilmu yang nantinya akan ditransfer kembali pada saudara-saudara mereka di panti untuk melengkapi menu pendidikan khas pesantren yang menjadi agenda edukasi harian di sana. Masalah pembiayaan kegiatan operasional panti,menurut Izabel, tak hanya dijawab dengan penyebaran proposal pada donatur namun juga dengan berbagai kegiatan home industry seperti pembuatan keripik dari berbagai jenis komoditas palawija, peternakan ayam kampung, budidaya ikan lele, dan aktifitas pertanian untuk sebisa mungkin mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka.

[caption id="attachment_341343" align="aligncenter" width="504" caption="Rezeki dalam bentuk donasi dan wirausaha (dok WS)"]

14022799541435059410

[/caption]

“Hasil penjualan aneka kripik ini sebagian besar digunakan untuk membiayai transportasi dan kebutuhan sekolah anak-anak yang lokasinya tersebar di berbagai kawasan.”Tutur Izabel yang sore itu kedatangan delegasi Civitas Korps Menwa Batalyon II Unpad Bandung. Delegasi ini berkunjung ke panti untuk menyerahkan sejumlah bantuan berupa aneka bahan makanan pokok bagi para penghuni panti sebagai bagian dari kegiatan bakti sosial menjelang Ulangtahun Emas Batalyon II Unpad yang jatuh pada 11 Nopember 2014 mendatang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline