Hari itu (20/8) saya beruntung mendapat kesempatan menyaksikan langsung dan mengabadikan proses Operasi Mata Katarak (OMK) massal gratis di RS Guntur, Garut, dalam agenda bhakti sosial Menwa Mahawarman Yon II Unpad Bandung dimana kebetulan saya bertindak selaku pendamping para yunior di situ.
Mbak Wid, lengkapnya dr Widjajanti Utojo, SpM; merupakan penanggung jawab medis dan senior nun jauh di atas saya namun melihat cantiknya…wah, kami malah jadi seperti kakak-adik, padahal beliau sudah jadi anggota Menwa saat saya masih bocah ingusan banget ! Pertanyaan pertama yang diajukan saat saya memasuki ruang bedah dengan kostum khusus jas operasi, masker, shower cap, “Mbak Yun, takut darah, nggak?”
“Nggak.” Jawabku tegas, pengalaman di lapangan saat harus berurusan dengan kejutan-kejutan macam menangani telapak kaki terbelah, jemari balita terbakar, dan sejenisnya, alhamdulillah, bisa kutangani dengan ‘dingin’ (habis kalau terbawa panik juga, bisa-bisa ada korban tewas kehabisan darah, kan?). FYI, saya ini alumnus Fakultas Pertanian Unpad yang belajar sedikit-sedikit soal SAR dan terkondisikan musti sigap merespon kondisi darurat.
Prosesi operasi katarak, sebagai lazimnya operasi-operasi lain, dimulai dengan pembiusan pasien yang kali ini bersifat lokal hanya pada area yang akan dioperasi dan sekitarnya. Jadi pasien masih merasakan aktifitas-aktifitas yang dilakukan dokter bedah padanya minus rasa sakit. Setelah penanggungjawab anastesi / bius mengatakan siap, maka Mbak Wid pun mula beraksi didampingi para asistennya yang akan siaga menyodorkan peralatan operasi dan memastikan pasien dalam kondisi baik sepanjang prosedur operasi berlangsung. Selanjutnya, bagi yang tak ngeri melihat darah atau adegan iris-jahit memakai pisau bedah – jarum operasi bisa menyimak hasil jepretan saya berikut.
[caption id="attachment_365374" align="aligncenter" width="614" caption="Rangkaian operasi katarak (dok WS)"][/caption]
Prosedur OMK dalam observasi awam saya terdiri atas beberapa langkah pokok, yakni diawali dengan desinfeksi , pembiusan, pembukaan selaput depan bola mata dengan semacam pinset, setelah selaput transparan terlepas selanjutnya mencungkil ‘biang’ katarak yang menyerupai lensa kontak terbuat dari daging menggunakan semacam sendok keruk berukuran kecil, Mbak Wid memperlihatkannya secara khusus kepada saya,”Ini lho yang mesti diganti dalam mata katarak.”Ujarnya sembari memberi ksempatan pada saya untuk memotretnya ( lihat gambar a pada foto prosedur OMK di atas).
Setelah dibersihkan dengan cairan tertentu menggunakan selang khusus berukuran sangat kecil dan diinjeksi, barulah lensa buatan pengganti ‘biang’ katarak tadi ditanamkan ke dalam mata, lalu dilanjutkan dengan penjahitan kornea menggunakan jarum-benang khusus. Langkah berikutnya adalah pembasahan/irigasi, injeksi udara, injeksi obat, pemberian salep mata dan operasi ditutup dengan pembalutan mata yang dioperasi menggunakan kain kasa serta dof. Selanjutnya pasien diantar ke ruang pemulihan untuk beristirahat selama beberapa jam dan setelah dipastikan tak ada komplikasi paska operasi, mereka diijinkan pulang dengan catatan harus melakukan control ulang seminggu kemudian. Begitulah, dunia yang lebih terang benderang sepanjang hayat yang tersisa merupakan doa bagi para pasien OMK massal tersebut.
[caption id="attachment_365378" align="aligncenter" width="614" caption="Foto bareng usai baksos, senyum Mbak Wid manis sekali (dok WS)"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H