Lihat ke Halaman Asli

Gimana Pak? Kapan Kita Diskusikan?

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Baru-baru ini publik digemparkan dengan pernyataan KPK yang mendakwa Anas Urbaningrum sebagai tersangka kasus proyek hambalang. Nama beliau diseret oleh teman karib dan teman separtainya sendiri, Nazaruddin. Awal ceritanya adalah ketika Mindo Rosalina Manulang yg tertangkap basah KPK tengah bersama sekjen Menpora.

Nah karna kasusnya disoroti sekali oleh media, maka pengacara Mindo berkoar, menyebut nama bendahara umum partai demokrat, M. Nazarudin.

Sempat heboh karna ucapan pengacaranya itu, Mindo diancam/diteror pihak Nazarudin. Lalu setelah mendapat jaminan atas kesaksiannya, barulah Mindo bercerita bahwa memang Nazarudin terlibat kasus korupsi Wisma Atlet Sea Games 2011 (yang sea games selanjutnya di Myanmar sudah selesai, tapi kasus ini tak kunjung tamat, hadeeeh)

lalu, karena merasa dirinya menjadi tumbal, maka Nazarudin mulai berkicau, menyebutkan satu per satu elit demokrat yang juga terlibat dalam kasus korupsi. Include Anas dan Andi Mallarangeng. Media gempar, setiap hari membicarakan elektabilitas partai demokrat yang dulu, jaman pemilu 2009 menyatakan 'TIDAK' pada korupsi, nyatanya rontok satu satu karna mulut ember Nazarudin.

Tapi tiba-tiba, Nazarudin mengklarifikasi pernyataannya atas keterlibatan Anas, membalikkan kicauan sebelumnya seperti kapal Van Der Wijck terbalik, dengan dalih bahwa ia diancam dibunuh.

Nah, dengan mengikuti perkembangan ini lewat media online (karna media massa sudah terlalu simpang siur ngalor ngidul ngetan ngulen kesana kemari membawa alamat, yang ujung2nya satu, sibuk mempertanyakan elektabilitas partai demokrat), bahwa Nazarudin ini orang yang licik dan licin. Seperti uler sawah. Bahkan disebutkan di media bahwa ia masih mengemudi belasan perusahaannya di balik penjara. Kok bisa? Kawan, bagi orang seperti Nazarudin, yang mungkin mengelap keringat setetes di dahi menggunakan uang kertas $100 maka tidaklah susah menyuap sipir untuk memberikan dia ponsel, berkomunikasi dgn jajarannya. Lah pejabat pajak seperti Gayus saja bisa dengan santai pelesir padahal ia ditahan apalagi Nazarudin. Tapi seperti yg saya bilang barusan, Nazarudin ini licik dan licin, ia tidak keluar dari penjara lalu berpelesir mencari udara segar, tapi jauh dari itu, dengan otak cemerlang (padahal dibalik terali) ia mengendalikan semuanya sampai akhirnya Anas menjadi tersangka.

Huuuuu~
Anas pun tidak mau kalah, tegas di media bilang "Kalau Anas korupsi 1 rupiah saja dari proyek hambalang, gantung anas di monas"

yang sekarang ini malah jadi bahan lelucon kenapa Anas sampe sekarang belom digantung? -> yaiyalah, dia korupsi pake DOLAR, janjinya kan 1 RUPIAH. Artinya tidak berlaku lah janjinya itu. Tapi kalau sy yang amatir ini secara pribadi beropini bahwa Anas itu ga korupsi di PROYEK HAMBALANG, tapi proyek lain, impor daging sapi :D iya ini analogi yg jauh sekali. Anggap saja begitu, intinya bukan nominal korupnya, tapi di proyek apa korup tersebut? Kan begitu :D

berbeda dgn Nazarudin yang merasa tersudut dan menembaki semua yg dirasa menghianatinya, Anas tidak sendiri, Anas masih punya teman setia a.k.a loyalisnya yang setia membela Anas, mendukung buku cerita celotehan Anas tentang halaman pertama penetapan dirinya sebagai tersangka yang rela mengorbankan lehernya jika Anas terbukti korupsi. Terjadilah perpecahan internal partai disaat kurang dari seratus hari diadakan PEMILU. Kasian ya mereka, rakyat pasti sudah malas mencoblos mereka. Ditambah lagi sedang naik sekali nama Gubernur Jakarta yg diperkirakan akan maju menjadi capres dari partai mantannya Pak SBY :D sementara partai demokrat masih berdiskusi, siapa capres dari partainya lepas dari lolos suara atau tidak. Akan baik sekali jika mereka menunjuk Dahlan Iskan atau Anis Baswedan, dua orang tua ganteng ini punya track record yang bagus. Tapi entahlah, disepanjang jalan UNIMED yang searah dengan Islamic Center yang juga setiap hari sy lewati terpasang wajah menyebalkan itu, politisi pengiklan produk Maspion dan juga politisi paling arogan yg saya tau. Yang entah kerasukan Jin mana bilang 'Kalau tidak mau terkena tsunami, ya jangan tinggal di pantai' saat Tsunami menerjang Mentawai.
Terus tinggal dimane Pak? Di kolong jembatan? Terus kalo jembatannya roboh, bapak bilang lagi, "kalo ga mau kena jembatan roboh, ya jgn tinggal di kolong jembatan!" ah gue karetin juga tuh mulut :D

Siapa lagi? Ketua DPR yang habis2an dicecar anggotanya ketika sidang kenaikan BBM. Marzuki Alie. Bodoh sekali partai demokrat kalau mengusung dia.

Dan orang2 yang sy sebutkan diatas, belum tentu dapat hukuman yang setimpal dengan perbuatannya karna pasal dalam undang2 kadang tidak sesuai, terlalu banyak pertimbangan hakim dan tuntutan jaksa pembela, sekali lagi, mereka bisa disuap seperti sipir penjaga penjara Gayus dan Nazarudin. Padahal dalam Islam sudah jelas. Mencuri, mau sebutir, sekaleng, sekontiner, hukumannya potong tangan. Tidak lebih tidak kurang. Tegas, tapi belum mampu dijalankan oleh pemerintah. Kita tunggup saja capres yang bisa menegakkan hukum tersebut. Atau mungkin, suatu hari HTI bisa mewujudkan itu di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline