Di dalam Al-Qur'an dan sunah, dikenal beberapa istilah yang berarti pendidikan, seperti tarbiah (pendidikan), taklim (pengajaran), tdb (pendidikan budi pekerti), tahb (pendidikan akhlak), dan tazkiyat (penyucian). Secara umum, kelima istilah tersebut mengandung arti pendidikan, tetapi masing-masing istilah memiliki makina dan nuansa tersendiri.
Tarbiah, menurut Al-Raghib al-isfahani, secara etimologi bararti ilmu tentang asal-usul kata, berasal dari rabwah, ribwah, rubwah, ribwah atau rabawah yang berarti bertambah, tumbuh, bukit, atau dataran tinggi. Dari kata rabwah inilah terbentuk kata tarbiyah dengan penjelasan sebagai berikut.
"Tarbiyah secara bahasa terbentuk dari kata kerja rab-yarb yang berarti bertambah dan berkembang. Demikian pula dari kata kerja rab-yarb terbentuklah kata kerja rabb-yurabb yang melahirkan kata tarbiyah yang berarti tumbuh kembang."
Berdasarkan penjelasan kebahasaan tersebut, dapat dirumuskan bahwa mendidik berarti menumbuhkembangkan potensi peserta didik agar bertambah matang, dewasa, dan fungsional guna mencapai derajat yang tinggi. Tarbiah juga data di rumuskan sebagai upaya radar yang di lakukat setiap muslim untuk menumbuhkan berbagai potensi manusia untuk mewujudkan ubudiyah, yakni kehambaan manusia kepada Allah SWT. Tujuan akhir pendidakan islam adalah menyadarkan setiap orang bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan yang memelihara, membimbing dan menumbuhkan manusia selain Allah SWT.
PROSES PENDIDIKAN AKHLAK
Proses pendidikan akhlak tidak bisa di pisahkan dari proses pendidikan agama secara keseluruhan, bahkan dari proses pendidikansecara umum. Proses pendidikan secara umum tercemin pada pesan dan narasi yang tersura dan tersirat pada ayat Al-Qur'an berikut.
"Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani agar kamu bersyukur." (Q.S. An-Nahl [16]: 78)
Ayat di atas menggambarkan proses pendidikan anak seajak lahir. Menurut Al-Qur'an, Allah SWT. telah mengeluarkan manusia dari rahim ibunya dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Maksudnya bahwa ketika manusia lahir, ia berada pada titik nol dari segi pengalaman hidup sehingga Aallah SWT. membekali manusia dengan tiga piranti untuk belajar mengenali lingkungan.
Ketiga piranti tersebut adalah:
1. Pendengaran