Lihat ke Halaman Asli

Sabrina Larasati

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Resume: Anthony Giddens

Diperbarui: 9 November 2022   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Biografi Singkat

Anthony Giddens lahir di London Utara, tepatny pada 18 Januari 1938. Riwayat pendidikan Giddens antara lain mendapatkan gelar Bachelor Degree di University of Hull jurusan Psikologi & Sosiologi, Master Degree di London School of Economics (LSE), dan Doctor of Philosophy di King' College London (1974). 

Sedangkan riwayat karir Giddens, pada 1961 ia diangkat menjadi dosen di Leicester University, 1969 menjadi dosen Sosiologi di Cambridge University, menjadi anggota kehormatan pada King's College London, 1985 menjadi Profesor Sosiologi di Cambridge University, dan menjadi rektor di London School of Economics (LSE). Tulisan - tulisan Giddens mengkombinasikan pemikiran klasik dengan kepekaan terhadap isu-isu teori sosial kontemporer. Buku "The Third Way" membuat Giddens semakin terkenal karena bukunya menarik minat Gerhard Schroeder (Kanselir Jerman) dan Tony Blair (PM Inggris).

Kritik Giddens terhadap Marx dan Parsons

Dalam sejarah hidupnya, Giddens banyak menentang teori dari tokoh-tokoh sosiologi. Pertama ialah Marx, menurutnya, Marx dianggap telah keliru karena mengasimilasi industrialisme dan kapitalisme, dan percaya bahwa masyarakat kapitalis akan menyebabkan perubahan mendasar dalam kondisi organisasi dan teknis atau persyaratan masyarakat industri. 

Marx juga keliru dalam mengasosiasikan kapitalisme dan industrialisme. Sistem sosial sosialisme, masih tetap melangengkan hubungan buruh-majikan. Menurut Giddens orientasi Marxis telah usang di pertengahan abad ke-20 dan Marx juga dianggap kurang dalam menjelaskan kelas', 'kekuatan' dan 'dominasi'. Tokoh sosiolog yang di kritik Giddens selanjutnya ialah Parsons, Ia menentang bahwa sistem memiliki kebutuhan (fungsional) karena baginya hanya manusia yang berkebutuhan.

Pemikiran Weber kurang lebih sejalan dengan Giddens, mengenai sejarah lebih kepada realitas yang sangat kompleks, dan hanya bisa ditangkap oleh perangkat analitis dan kepentingan teoritis. Ilmu-ilmu sosial harus dilihat sebagai sesuatu yang lain sama sekali, bukan sebagai ilmu-ilmu alam, yang khusus tentang dunia sosial (karena itu subjek sosiologi), dan ilmu-ilmu sosiallah yang harus menjadi titik awal pemikiran kita. Konsep Weber tentang kekuasaan dan dominasi, berpendapat bahwa kekuasaan adalah konsep relasional di mana sumber daya ditarik oleh satu pihak untuk digunakan untuk mengatasi perlawanan pihak lain (memastikan penyerahan segera), bahkan jika itu adalah agen dari pihak lain.

Dialektika Pemikiran Giddens

Menurut Giddens, selama ini pemikiran dalam ilmu-ilmu sosial hanya terjebak dalam dualisme (ketegangan), seperti teori interpretatif vs teori tindakan atau interaksionisme simbolik vs fungsionalisme. Menurutnya, kubu yang menekankan keutuhan agensi, melihat perilaku seseorang yang mempunyai kekuasaan atau kedaulatan besar dalam segala hal, tanpa interupsi kekuatan struktur. (Subjektifisme: fenomenologi, etnometodologi). Sedangkan, kubu yang menekankan struktur sebagai pemegang yang lebih dominan dari agensi akan menganggap manusia adalah pemain-pemain dalam aturan yang dibuat oleh struktur. (Objektivisme: strukturalisme, marxisme, fungsionalisme).

Teori Strukturasi

Menurut Giddens "Bidang mendasar studi ilmu sosial, menurut teori strukturasi, bukanlah pengalaman aktor individual atau bentuk-bentuk kesatuan sosial tertentu, melainkan praktik sosial yang diatur melintasi ruang dan waktu", dan menurut Bernstein "tujuan fundamental dari teori strukturasi adalah menjelaskan hubungan dialektika dan saling pengaruh mempengaruhi antara agen dan struktur".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline