Lihat ke Halaman Asli

Pappabuka bukan Papa Buka

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Banyak cerita yang bisa diceritakan di bulan puasa ini. Cerita saat taraweh, sahuran sampai buka puasa dan cerita2 lain di bulan ramadhan ini. Cerita lebih seru kalo disertai gambar/foto. Awal ramadhan saya kebetulan bersama teman mengunjungi suatu tempat. Saat azan ashar kami singgah di sebuah masjid di kampung tersebut. Daerah tersebut terpencil terletak di poros trans. sulawesi tengah. Dari obrolan orang yang kami dengar, ketahuan berasal dari suku bugis. Tentu saja kami bisa tahu karena saya dan teman juga orang bugis. Sebelum memasuki masjid kami sejenak duduk di emperan. Mata saya lalu tertuju ke kertas/pengumuman di dinding luar masjid. Saya dekati karena ditulis dengan huruf2 yang kecil sehingga dari kejauhan hampir tak terbaca. Membacanya judulnya, kemudian sejenak saya bertanya sendiri apa maksudnya ini pengumuman? Bingung saya. Penasaran juga apa maksud judulnya, saya terus membaca isi/lanjutan pengumuman. Belum selesai baca semuanya saya sudah bisa ngerti maksud judul pemgumaman itu. Maksud di pengumuman tersebut adalah daftar nama2 yang menyiapkan hidangan berbuka di masjid kemudian panitia/pengurus masjid menuliskan ke dalam bahasa Indonesia, Papa Buka.

[caption id="attachment_127143" align="aligncenter" width="384" caption="Papa Buka (dok. pribadi)"][/caption]

Dalam bahasa bugis di sebut "pappabuka". Begitulah jadinya bila bahasa daerah di tuliskan ke Indonesia. Kesannya membingungkan, bahkan kadang lucu bagi yang membacanya.

[ Telkomsel Ramadhanku ]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline