Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan Karakter dalam Kajian Filsafat Aksiologi

Diperbarui: 23 April 2021   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan karakter merupakan suatu kewajiban yang harus ada, masih kurangnya pendidikan karakter yang tercermin dalam bangsa ini menjadikannya sebagai dasar filosofi. Pendidikan karakter bertujuan untuk menumbuhkan karakter positif dalam diri kita hingga berpuncak pada suatu kebiasaan yang menjadikan manusia berkarakter dan berakhlak mulia karena pada dasarnya dalam diri manusia memiliki  dua sisi, yaitu sisi positif dan sisi negatif, dengan pendidikan karakter kita dapat mengunggulkan pada sisi positif dan meleburkan sisi negatifnya. Seperti adanya rasa takut dalam diri akan menumbuhkan kehati-hatian bukan berarti pengecut, dan rasa malu akan menumbuhkan kesopanan bukan keminderan.

Nah, untuk mencapai tujuan terbentuknya karakter positif tersebut pendidikan karakter tidak terlepas dari salah dan benar. Dalam hal ini pendidikan karakter membutuhkan proses yang sistematis dan gradual serta sesuai dengan fase pertumbuhan manusia. Berdasarkan hadist Rasulullah pada anak usia 5-6 tahun disitu adalah tahapan untuk penanaman adab, usia 7-8 tahun anak ditanamkan rasa tanggung jawab, pada usia 9-10 tahun tahapan ini anak diberikan pemahaman tentang kepedulian, ketika anak menginjak usia 11- 12 tahun  paka tahap ini perlu melakukan penanaman kemandirian dan tahapan pentingnya bermasyarakat dan mengembangkan bakat untuk mempersiapakan dalam menghadapi masalah di era globalisasi.

Dalam kaitannya, filsafat nilai atau aksiology adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang filsafat. Nilai adalah suatu yang ideal dan bersifat ide abstarak yang tidak dapat disentuh oleh panca indra. Sumber nilai berasal dari feeling atau pikiran yang kemudian adanya kesenangan terhadap suatu objek di dunia ini.  Ada banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan mempersoalkan nilai, seperti epistimologi, etika dan estetika. 

Pendidikan dan etika memikliki karakter yang sangat erat, ketika etika berbicara  soal baik dan buruk maka masalah moral tidak bisa terlepas dari tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menanamkan dan mempertahankan kebenaran maka keberanian moral sangat diperlukan, seperti keadilan, dan nilai-nilai etika moral serta agama. Estetika sebagai sebagai bagian dari filsafat yang merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang nilai-nilai moral manusia, ilmu sebagai daya tarik manusia untuk mencari kebenaran tanpa henti, maka etika sebagai efek tambahan dari ilmu setelah diterapkannya di dalam masyarakat.

Nilai ideal juga sangat diperlulkan dalam pembentukan karakter dalam kerangka idealisme, kenyataaanya yang ada bukanlah suatu kebenaran yang bersifat hakiki melainkan ide pikiran atau spirit dalam jiwa manusia. Untuk membentuk karakter diperlukan seperangkat nilai yang kemudian dijadikan budaya dalam suatu lingkungan baik pendidikan formal maupun non formal. Subyektivitas dan relativisme nilai melahirkan aliran aliran dan teori  dalam pendidikan yang berimplikasi pada pola prilaku terhadap perlakuan anak didik. Kepercayaan sikap nilai-nilai manusia merupakan refleksi dari perkembangan manusia yang telah dikondisikan sejak lahir juga lingkungannya. Agar berkembangnya karakter sesuai dengan apa yang menjadi harapan. Dengan itu, pengalaman yang akan membentuk kepribadian anak. Dalam pandangan nilai moral dan etika. Teori ini bersifat relatif yaitu tidak mutlak dan berubah-ubah tergantung pada waktu dan tempat sehingga masalah baik dan buruk tidak lagi dipersoalkan. 

Segala aktivitas manusia dilandasi dengan ilmu yang didasari oleh akal prespektif baru akan selalu ditemukan dalam penciptaan mencari ilmu dan pencariannya  itu maka, tidak ada lagi pertentangan aturan masalah antar pengertian dan keajaiban antara ilmu dan agama. Menurut Imam Ghazali etika (akhlak) adalah keadaan yang berisikan batin dimana dari sana kemudian lahirlah suatu perbuatan dengan tanpa dihitung resikonya. Berbicara tentang baik buruknya dari suatu perbuatan sedangkan moral sering dihubungkan dengan kesusilaan atau perilaku manusia melihat dari etika dan moral. Dalam hal ini karakter berkaitan erat dengan penilaian tingkah laku seseorang didasari tolak ukur masyarakat. 

Nama  : Sabita Lighoyati Kadza

NIM : 2120306

Kelas : Filsafat Umum G

Mata Kuliah :  Filsafat Umum 

Dosen : Dewi Anggraeni, Lc.,M.A

Instansi : IAIN Pekalongan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline