Lihat ke Halaman Asli

Filosofi Santuy

Diperbarui: 9 Agustus 2021   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh

Muhammad Ilham Nurulillah

Kita akan memulai pada asumsi  santai bahwa saanya alam semesta berjalan dengan porosnya dengan sunatullah bukan kebetulan akan tetapi mempunyai logos aau alasan tertentu bahkan tidak ada kebetulan disunia ini sekkalipun bayi yang tidak dikehendaki lahir lahir oleh ibu dan bapaknya tapi bayi tersebut tetap lahir karena yakin itu adalah  grand desan semesta. 

Segala sesuatu semua ada pola dan tujuanya sehingga dalam pesfektif islam sering disebut hokum alam segala sesuatu yang ada dialam smesta ini memiliki logos atau tujuan dan fungsinya masing-masing, alam semsta terdapat kandungan tuhan termasuk mnusia mempunyai kandungan tuhan antara lain sesuatu benda yang dicitakan terdapat kandungan sang penciptanya sekalipun laptop, baju motor dan lain-lain itu terdapat kandungan sang penciptanya yaitu manusia contohnya saat kita ditengah hutan belantara kita menemukan baju , sandal hal pertama yang terbesit didalam kepala yaitu ada manisia disekitar sini,  

artiya apa bahwa semua yang ada dialam semesta ini itu sudah ada fugsinya tingal kita menjalankan hidup  sesuai pada porsi  dan kaasittasnya sehingga dalam menjalani hiup kita tidak merasakan ketidak puasan.

Agar desain dan polanya berjalann sesuai dengan semestinya maka manusia harus menjalankan fungsinya masing-masing begitupun dalam kehidupann berorganisasi seorang ketua jalankan fungsi selayaknya seorang ketua bahkan angota dan lainya jalankan fungsi sesuai dengan apa yang saat ini sedng kita jjalani karena dalam sebuah banguna terdapat  komposisi yang bermacam-macam ada pasir,bata, semen, air dan lainya sekarang bayangkan jika semua diantara kita ingin menjadi semenya saja apakah bangunan itu dapat berdiri kokoh ?

Ini yang biasa sering terjadi dalam kehidupan berorganisasi dimana kita mengistimwakan posisi orang laintapi kita melupakan syukur atas pencapaian kita selama sejauh ini hl ini dapat menyebabkan terjadinya konnfik dalam diri sehingga  hidup merasa tidak bahagia karena kebahagiaan terdapat pada hati yang bersyukur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline