Lihat ke Halaman Asli

Menelisik Kepemimpinan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo: Implementasi Nilai Kearifan Lokal sebagai Pilar Kebijakan Program

Diperbarui: 16 Juli 2024   04:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ganjar Pranawa Car Free Day bersama Masyarakat Solo di Jl. Slamet Riyadi(Foto ini diambil dari galeri pribadi)

Pada era globalisasi dimana nilai-nilai universal sering kali lebih mendominasi, kearifan lokal menjadi salah satu hal penting untuk dipertahankan sebagai bentuk identitas dan karakter suatu daerah. Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan dengan beragam kebudayaan, menyajikan kekayaan tradisi dan berbagai nilai-nilai lokal yang bervariasi pada setiap daerahnya.

Jawa sebagai salah satu pulau besar di Indonesia dengan kekayaan tradisi dan budaya yang diwariskan secara turun-temurun juga memberikan pilar-pilar dalam tatanan kepemimpinan untuk membentuk sebuah kepemimpinan yang bijaksana dan berintegrasi bahkan dapat menjadi pilar utama praktik kepemimpinan yang mampu menghadapi tantangan dewasa ini.

Jawa Tengah, sebagai salah satu provinsi yang terkenal dengan pembangunan dan keberhasilan dalam menyejahterakan rakyatnya tentunya tidak lepas dari seorang pemimpin yang hebat. Keberhasilan seorang pemimpin dalam memimpin sudah pasti tidak lepas dari kepemimpinan yang bagus pula. Tak asing lagi di telinga kita Gubernur Jawa Tengah yaitu Bapak H. Ganjar Pranawa , S.H., M.I.P. yang menunjukkan keberhasilan-keberhasilan yang beliau capai selama menjabat.

Gubernur Jawa Tengah selama dua priode 2013-2018 dan 2018-2023 Bapak H. Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P. telah memberikan contoh kepemimpinan berbasis kearifan lokal yang cukup mendalam dalam beberapa kebijakan yang beliau ambil serta program-program beliau yang dicanangkan, dengan memadukan tradisi dan modernitas, beliau berhasil menghadirkan program-program yang tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik tetapi juga memperkuat nilai-nilai budaya dan sosial masyarakat.

Nilai-nilai lokal yang dapat diambil dari kebijakan program beliau adalah:

 1. Ajining Dhiri Saka ing Lathi, Ajining Raga Saka Busana

Memiliki arti bahwasanya harga diri seorang dapat dilihat dari ucapannya dan bagaimana seorang berpakaian, pemimpin harus menjaga kehormatan dan integritas diri serta berpenampilan yang baik dan sopan. Bagi seorang pemimpin masuk juga dalam hal ini dia haruslah membuat keputusan-keputusan dan program-program yang bijak. 

Gubernur Ganjar Pranowo mengimplementasikan nilai-nilai ini melalui berbagai program yang berfokus pada peningkatan integritas, etika, dan kualitas hidup masyarakat. Bapak Ganjar Pranowo mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan untuk memastikan integritas dan kepercayaan publik. Program ini mencakup pelaporan terbuka dan pengawasan terhadap kinerja pemerintahan. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengimplementasikan sistem e-governance yang memungkinkan masyarakat untuk mengakses informasi mengenai anggaran, proyek pemerintah, dan laporan keuangan secara online. Ini meningkatkan transparansi dan meminimalkan potensi korupsi.

2.Adigang, Adigung, Adiguna

Ungkapan ini memiliki arti mengandalkan kekuatan, kekuasaan, dan kecerdasan. Seorang pemimpin yang mengandalkan kekuatannya untuk membantu rakyatnya, kekuasaannya untuk memberikan kewenangan dan kecerdasannya untuk membuat pembeharuan-pembaharuan. Arti kata ini juga menegaskan seorang pemimpin tidak boleh angkuh, congkak, dan sombong serta harus mementingkan kewibawaan, kesederhanaan dan moral. 

Nilai ini banyak tercermin dalam berbagai kebijakan beliau diantara program bapak Ganjar adalah “Blusukan” dimana beliau terjun langsung kelapangan seperti ke desa-desa, pasar, sekolah, dan tempat umum lainnya untuk melihat kondisi masyarakat dan mendengarkan keluhan mereka. Beliau juga memiliki sebuah program “Kartu Tani” sebagai bentuk kepedulian terhadap para petani dengan memberikan kemudahan akses dalam mendapatkan pupuk bersubsisi dan kebutuhan pertanian lainnya. 

Adapun program “Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng)” yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Program ini melibatkan kader-kader kesehatan di desa-desa untuk memnatau dan memastikan kesehatan ibu hamil secara intensif. Program ini memberikan hasil yang signifikan dimana angka menurunkan angka kematian ibu (AKI) hingga 14 persen per tahun dan menurunkan angka kematian bayi dari 5485 pada tahun 2016 menjadi 4481 pada tahun 2018. Ini mencerminkan penggunaan kekuasaan untuk kebaikan masyarakat.

3.Tepo Selira

Tepo Selira memiliki makna tenggang rasa dimana seorang pemimpin haruslah menempatkan dirinya pada posisi orang lain untuk dapat memahami kondisi masyarakat, memberikan toleransi, keadilan serta membangun keharmonisan dalam masyarakat. Salah satu program yang di usung oleh bapak Ganjar adalah “Dialog Publik” dimana beliau melakukan kegiatan ini secara rutin untuk mendengarkan aspirasi masyarakat secara langsung. Dalam forum ini, masyarakat diberikan kesempatan untuk menyampaikan keluhan, saran, dan ide-ide mereka, yang kemudian dibahas bersama untuk mencapai kesepakatan. Program dialog ini juga terkadang dengan kunjungan-kunjungan bapak ganjar ke sekolah-sekolah yang mengangkat isu-isu penting yang mana dengan program ini dapat menyampaikan aspirasi mereka (siswa-siswa) terkait hal itu.

Program lain yang beliau canangkan adalah Selain itu, pak Ganjar juga meluncurkan Kartu jateng sejahtera untuk keluarga miskin nonproduktif yang belum tersentuh program kesejahteraan sosial dari pemerintah. Para pemegang KJS ini mendapat bantuan dana sebesar Rp. 370.000 dengan sasaran 170.000 penerima. 

Beliau juga menghadirkan TransJateng dengan tarif yang murah (Untuk masyarakat umum, tarif TransJateng yang dikenakan sebesar Rp 4.000. Sementara, warga miskin, buruh, pelajar, serta lansia, dikenakan tarif sebesar Rp 2.000. Adapaun dalam bidang pendidikan seperti membangun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berasrama untuk siswa miskin, dalam pengembangan infrastruktur dengan pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya untuk meningkatkan konektivitas dan kualitas hidup masyarakat di Jawa Tengah, seperti Pembangunan Jalan Tol Trans-Jawa yang melewati beberapa kota di Jawa Tengah, seperti Batang, Pekalongan, dan Brebes, telah memperlancar arus transportasi dan mengurangi waktu tempuh perjalanan. Selain itu, pembangunan jembatan di daerah pedesaan membantu menghubungkan desa-desa yang sebelumnya terisolasi.

4.Rukun Agawe Santosa, Crah Agawe Bubrah

Ungkapan ini memiliki makna kerukunan membawa kekuatan dan pertikaian akan membawa keruntuhan, seorang pemimpin harus benar-benar memahami hal ini untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis dan sejahtera. Pada tahun 2019 terjadi wabah Covid19 yang menelan banyak korban jiwa sehingga Lockdown pada suatu daerah bisa terjadi kapan saja salah satu kebijakan bapak Ganjar saat itu adalah “Jogo Tonggo”, program ini mengajak masyarakat untuk saling menjaga dan membantu tetangga dalam hal kesehatan dan kebutuhan dasar. Semangat gotong royong sangat terlihat dalam program ini dengan adanya dukungan komunitas dalam berbagai bentuk. Program Jogo Tonggo ini mencakup dua hal, yaitu jaring pengaman sosial dan jaring ekonomi. Program Jogo Tonggo ini meluncurkan satuan tugas di setiap RW yang bertugas untuk memantau tetangga dan memastikan bantuan dan dukungan luar wilayah tepat guna dan tepat sasaran.

5.Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani

Ungkapan ini memiliki arti bahwasanya seorang pemimpin haruslah memberi teladan dari depan, membangun semangat dari tengah dan memberikan dorongan dari belakang pada orang-orang yang dipimpinnya. Salah satu inovasi yang dilakukan bapak Ganjar dalam hal ini adalah peluncuran aplikasi “LaporGub” untuk rakyat Jawa Tengah yang mana masyarakat dapat melaporkan masalah secara online kepada gubernur serta sebagai alat untuk mempromosikan berbagai inisiatif inovatif di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Aduan-aduan yang disampaikan lewat LaporGub terbukti direspon dengan cepat dan langsung ditindak lanjuti oleh instansi terkait. Sebagai bukti hal tersebut yaitu laporan dari Masyarakat mengenai ruas jalan Gadoh-Gunungtumpeng yang rusak dan kemudian langsung ditindak lanjuti oleh pemerintah. Selain itu, bapak Ganjar juga menggunakan akun media sosial pribadinya dan seluruh dinas Premprov Jateng sebagai ruang pengaduan masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline