Lihat ke Halaman Asli

Menggali Keterampilan Retorika dalam Bahasa Lisan dan Tulisan

Diperbarui: 23 April 2024   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber pribadi: Syamsul Yakin dan Sabila Aqiilahnur Fitrah (Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Oleh: Syamsul Yakin dan Sabila Aqiilahnur Fitrah (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Keterampilan dibanding pengetahuan merupakan penggambaran yang cocok dengan retorika. Karena retorika lebih bersifat praktis dibandingkan teoritis. Tidak mengherankan jika retorika mengacu pada keterampilan berbahasa yang efektif, baik lisan maupun tulisan.

Secara lisan, retorika terlihat ketika seseorang menyampaikan pidato yang indah kepada audiens dengan bahasa dan kata-kata yang menarik, intonasi dan dinamika yang naik turun, serta rima yang seindah puisi.

Tak hanya itu, seorang ahli retorika sering kali memadukan ungkapan-ungkapannya yang muluk dengan lelucon atau ice breaking untuk mencairkan suasana.

Seorang ahli retorika juga sering mengutip kata-kata bijak seorang nabi, filosof atau penyair. Para pengkhotbah agama yang ahli dalam retorika seringkali mengutip ayat-ayat Al-Qur'an sebagai landasan teologis argumentasinya.

Kemampuan memadukan bahasa lisan ini seringkali menimbulkan emosi pada pendengarnya. Pendengarnya kadang terharu, sedih, tertawa, marah dan marah. Padahal, penghasut, dosen, dan provokator teladan memiliki kemampuan retorika yang cukup.

Secara tulisan, kemampuan seseorang terlihat saat dia menulis atau mengarang baik fiksi maupun non-fiksi. Tulisannya mengalir, indah, dan  bernas.

Seperti halnya kemampuan retorika lisan, retorika tulisan yang baik harus memenuhi prinsip-prinsip retorika, seperti memahami arti sebuah kata, frasa, dan kalimat dengan baik. Begitu pula kemampuan tata bahasa baku yang berlaku. Seorang penulis yang menguasai retorika umumnya menguasai ilmu logika, seni, filsafat, dan ilmu-ilmu sosial.

Untuk mengukur kekuatan retorika lisan seseorang bisa dengan berbagai cara. Salah satunya, dengan melakukan transkripsi bahasa lisan menjadi teks. Apabila enak dibaca, tersusun secara gramatikal, dan tak banyak pengulangan tak perlu atau redundancy, tak pelak retorika lisan orang itu baik.

Begitu juga sebaliknya, apabila bahasa tulis seseorang efektif, menarik, dan estetik ketika dijadikan sebagai teks pidato, misalnya,  tak pelak retorika tulis orang itu baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline