Lihat ke Halaman Asli

Sabrina Fajrin

Mahasiswa Kesehatan Lingkungan

Bisphenol-A: Monster Tersembunyi yang Merusak Hormon Anda

Diperbarui: 10 Desember 2023   19:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Freepik

Sampai pada tahun 2023, tidak dapat dipungkiri manusia membutuhkan kemasan plastik untuk makanan dan minuman. Namun, dibalik manfaatnya terdapat suatu masalah yang berhubungan dengan kesehatan yang membuatnya marak dibicarakan. Bisphenol-A atau BPA merupakan bahan kimia sintetis yang digunakan sebagai tambahan produksi plastik polikarbonat dan resin epoksi. BPA ditemukan dalam berbagai produk, termasuk botol air dan beberapa kaleng makanan. Hasil pengawasan BPOM tahun 2021 dan 2022 terhadap kemasan galon, masih ditemukan galon yang tidak memenuhi syarat batas maksimal migrasi BPA. Paparan BPA bersifat kontinu, mulai dari pembuatan plastik hingga pembusukannya. Paparan manusia terhadap BPA sangat luas dengan tingkat yang dapat dideteksi ditemukan dalam 93% sampel urine dari orang yang berusia enam tahun ke atas di Amerika Serikat. Sumber utama paparan BPA adalah melalui makanan karena kemampuannya untuk berpindah ke dalam bahan makanan yang dikemas. BPA yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya gangguan hormonal. Tulisan ini hadir agar masyarakat memahami penyakit akibat BPA.

BPA bersifat merusak atau endocrine disruptor. BPA dapat bekerja menyerupai hormon estrogen sehingga kerja hormon estrogen asli terhambat. Salah satu dampak BPA terhadap sistem hormon manusia adalah kanker terkait hormon. Penyakit tersebut antara lain adalah kanker payudara, kanker ovarium, dan kanker prostat. 

Kanker Payudara

Kasus kanker terbanyak di Indonesia adalah kanker payudara. Kanker ini juga kanker paling mematikan ke-2 di Indonesia. Dilansir dari Globocan di tahun 2020, angka kematian akibat kanker payudara mencapai 22.430 kasus. BPA dapat ditemukan di dalam ASI. Gao et.al menyatakan bahwa paparan BPA dalam dosis kecil dapat mengubah perkembangan kelenjar payudara yang pada akhirnya menyebabkan pembentukan sel kanker di kelenjar tersebut. 

Kanker Ovarium

Kanker ovarium juga termasuk salah satu kanker mematikan dengan jumlah kematian akibat kanker terbanyak ke-7 di Indonesia. BPA juga dihubungkan dengan risiko kanker ovarium. BPA dalam tubuh dapat menghambat kerja hormon pemicu apoptosis (kematian sel yang tidak diperlukan tubuh) dalam sel kanker. Hal ini menyebabkan sel kanker ovarium semakin bertumbuh.

Kanker Prostate

Menurut Global Cancer Statistic, kanker prostat merupakan kanker kelima yang paling umum terjadi pada pria di Indonesia, dengan jumlah kasus sebanyak 13.563 pada tahun 2020. Penelitian Fernandez dkk, menyatakan bahwa peningkatan BPA dalam darah memiliki hubungan positif terhadap peningkatan risiko terkena kanker prostat

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Bisphenol-A berpotensi menimbulkan penyakit hormonal, seperti kanker payudara, kanker ovarium, kanker prostate, dan penyakit lainnya. Tidak dapat dipungkiri BPA masih terkandung dalam kemasan makanan maupun minuman. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih berhati-hati dalam memilih produk dalam kemasan maupun bagaimana mengolah produk yang digunakan seperti tidak memanaskan kemasan yang mengandung BPA. Selain itu, masyarakat dapat menggunakan produk yang berlabel BPA Free atau kode 1, 2, 4, dan 5. Masyarakat juga dapat menggunakan bahan alternatif seperti gelas atau stainless-steel untuk menghangatkan makanan. 

Penulis: Sabrina Fajrin Sukristi, Sarah Rosa Jacquiline, Robiana Modjo




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline