Lihat ke Halaman Asli

Dari Kasus Pertama hingga Tindakan Pencegahan: Perjalanan Mpox di Indonesia

Diperbarui: 25 November 2024   19:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Mpox atau Monkeypox, yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet, adalah penyakit virus yang disebabkan oleh virus monkeypox. Penyakit ini pertama kali terdeteksi di Indonesia pada Agustus 2022 dan sejak saat itu menjadi perhatian serius dalam konteks kesehatan masyarakat. Dengan meningkatnya jumlah kasus di berbagai negara, termasuk Indonesia, penting untuk memahami perjalanan mpox di tanah air, meliputi gejala, cara penularan, dan langkah-langkah pencegahan yang diambil oleh pemerintah.

Kasus pertama mpox di Indonesia dilaporkan pada Agustus 2022, melibatkan seorang pria berusia 27 tahun yang terinfeksi saat melakukan perjalanan ke luar negeri. Dia mengalami gejala seperti demam, nyeri otot, dan ruam kulit. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, hasil tes menunjukkan bahwa dia positif terinfeksi virus monkeypox. Kasus ini menandai awal dari perhatian serius terhadap potensi penyebaran mpox di Indonesia.

Hingga Agustus 2024, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) mencatat total 88 kasus terkonfirmasi Mpox. DKI Jakarta mencatat jumlah kasus tertinggi dengan 59 kasus, diikuti oleh Jawa Barat dengan 13 kasus, dan Banten dengan 9 kasus. Sebagian besar kasus terjadi pada tahun 2023, dengan total 73 kasus, sedangkan pada tahun 2024 terdapat tambahan 14 kasus. Meskipun berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, virus ini masih dapat menyebar.

Gejala mpox mirip dengan cacar air dan dapat mencakup demam tinggi yang muncul tiba-tiba, ruam atau lesi kulit dalam bentuk bintil-bintil berisi cairan yang menyebar ke seluruh tubuh, serta nyeri otot dan kelelahan yang signifikan. Pembengkakan kelenjar getah bening sering kali terjadi sebelum atau bersamaan dengan munculnya ruam. Gejala ini biasanya muncul antara 3 hingga 17 hari setelah terpapar virus dan dapat berlangsung selama 2 hingga 4 minggu.

Penyebaran mpox dapat terjadi melalui beberapa cara. Virus ini dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi kulit atau cairan tubuh orang yang terinfeksi. Penularan juga dapat terjadi melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh virus, seperti pakaian atau linen. Dalam beberapa kasus, penularan dapat terjadi melalui inhalasi partikel infeksius saat berada dekat dengan penderita.

Menanggapi situasi ini, pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah pencegahan untuk mengendalikan penyebaran mpox. Sejak Agustus 2024, semua penumpang yang baru kembali dari luar negeri diwajibkan menggunakan aplikasi SATUSEHAT untuk melaporkan kondisi kesehatan mereka. Aplikasi ini dirancang untuk memantau kesehatan masyarakat dan mendeteksi gejala awal mpox. Selain itu, Kemenkes juga melaksanakan kampanye informasi untuk meningkatkan kesadaran tentang gejala mpox dan cara pencegahannya. Masyarakat didorong untuk menjaga kebersihan pribadi dan menghindari kontak dekat dengan orang yang terinfeksi.

Pemerintah juga melakukan surveilans kesehatan di seluruh fasilitas kesehatan untuk mendeteksi kasus baru secara cepat dan efektif. Kemenkes telah menetapkan laboratorium rujukan di berbagai rumah sakit untuk pemeriksaan mpox serta melakukan penyelidikan epidemiologi guna memahami pola penyebaran virus tersebut. Vaksin cacar yang sebelumnya digunakan terbukti efektif melawan mpox, sehingga pemerintah berupaya menyediakan vaksin bagi kelompok berisiko tinggi sebagai langkah pencegahan tambahan.

Sebuah studi internasional mengungkapkan bahwa mpox merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan masalah kesehatan signifikan jika tidak dikendalikan, terutama pada populasi rentan akibat morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Acta Medica Indonesiana, 2024). Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa meskipun pengobatan antivirus seperti tecovirimat dan cidofovir dapat digunakan dalam kasus berat, tindakan pencegahan tetap menjadi prioritas utama dalam mengendalikan penyebaran penyakit ini.

Meskipun jumlah kasus mpox sempat terkendali pada pertengahan tahun 2023, laporan terbaru menunjukkan peningkatan kasus baru di Republik Demokratik Kongo dan negara-negara lainnya. Dengan adanya varian baru dari virus ini (clade Ib), ada kekhawatiran bahwa mpox dapat menyebar lebih luas dan menyebabkan wabah baru di luar wilayah endemik tradisionalnya.

Perjalanan mpox di Indonesia menunjukkan pentingnya kewaspadaan serta tindakan pencegahan yang tepat dari pemerintah dan masyarakat. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai cara penularan dan gejala penyakit ini serta langkah-langkah pencegahan yang diterapkan, diharapkan penyebaran mpox dapat dikendalikan dan kesehatan masyarakat tetap terjaga.

 Daftar Pustaka

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline