Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

Filosofi Harta

Diperbarui: 17 Juli 2024   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Secara naluri kemanusiaan, harta adalah obyek yang selalu dicintai. Dan kekuatan (power) adalah salah satu sifat kesempurnaan. Karena itu, harta dicintai karena posisinya sebagai harta, bukan karena faktor di luar harta itu.

Sebab secara logika, kita tidak mungkin mengatakan bahwa segala sesuatu dicintai karena faktor lain. Karena alur logika seperti ini akan mengakibatkan terjadinya proses tasalsul (proses sebab-akibat yang berlangsung terus menerus dan tanpa henti) dan itu mustahil secara logika. Atau akan mengakibatkan terjadinya proses daur (lingkaran setan) yang juga mustahil secara logika.

Karenanya, segala hal yang dicintai harus berakhir pada sesuatu yang dicintai semata karena sesuatu itu sendiri, bukan karena faktor lain di luar sesuatu yang dicintai.

Dan kesempurnaan dalam hal apapun dicintai karena posisinya sebagai kesempurnaan. Demikian juga, kekurangan-kelemahan dibenci karena posisinya sebagai kekurangan-kelemahan.

Oleh karena kekuatan adalah salah satu sifat kesempurnaan, dan sifat kesempurnaan dicintai karena posisinya sebagai sifat kesempurnaan, maka kekuatan dicintai karena posisinya sebagai kekuatan. Dan harta adalah faktor yang dapat menciptakan kekuatan dan kesempurnaan kekuatan pada diri setiap orang.

Dan seperti diketahui, faktor pencipta kekuatan yang paling dominan pada setiap orang adalah harta. Dan sesuatu (harta) yang menjadi sebab terciptanya sesuatu yang dicintai (kekuatan) pasti juga dicintai.

Kesimpulan logikanya adalah harta itu dicintai karena posisinya sebagai harta, bukan karena faktor di luar harta tersebut. Dan inilah penyebab kenapa harta selalu dicintai oleh setiap orang, di mana pun dan kapan pun.

Syarifuddin Abdullah | 13 Juli 2024

---------------------------

(Sumber: disadur dari risalah doktoral berbahasa Arab, di Fakultas Syariah, Universitas Al-Azhar Kairo, yang berjudul Zakat dan Sistem Sosial Modern, 1980, karya mahasiswa Indonesia yang bernama Muhammad Nawawi Yahya Abdurrazaq,).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline