Sejak Sabtu 15 April 2023, hingga hari ini, kota Khartoum, ibukota Sudan berubah menjadi medan pertempuran antara dua kubu militer yang berseteru.
Berdasarkan pantauan terhadap liputan media-media global dan berbagai postingan di berbagai platform media sosial, selama tiga hari terakhir (Sabtu-Minggu-Senin, 15-16-17 April 2023), hampir semua jalan-jalan di kota Khartoum Sudan sepi pelintas: baik pejalan kaki atau pengendara.
Yang terlihat berseliweran hanya kendaraan taktis militer dan bahkan tank-tank. Banyak gedung-gedung mengepulkan asap akibat gempuran peluru ringan dan berat. Suara tembakan nyaris tak berhenti menyalak. Korban tewas mencapai lebih dari 100 orang, dan lebih dari 500 orang cedera.
Suasana menjadi semakin mengharu-biru, karena bentrokan bersenjata itu terjadi pada periode 10 hari terakhir Ramadhan 1444H. Umat Islam sedang berpuasa. Sementara sebagian besar (untuk tidak mengatakan) semua toko penjual kebutuhan pokok harian sudah pada tutup. Takut atau menghindari peluru nyasar.
Sekitar 1.200 WNI Terjebak
Berdasarkan informasi melalui komunikasi langsung dengan beberapa kalangan mahasiswa dan WNI di Khartoum, saat ini tercatat sekitar 1.200 (seribu dua ratus) WNI di Sudan, yang terdiri sekitar 800 (delapan ratus) mahasiswa dan sekitar 400 (empat ratus) pekerja.
Ada sumber lain yang menyebutkan, sebenarnya jumlah total WNI di Sudan sekitar 1.500 (seribu lima ratus). Sebab banyak WNI yang bekerja sebagai PRT yang tidak melaporkan diri ke KBRI Khartoum.
Mereka semuanya, khususnya di kota Khartoum, terjebak dalam suasana mencekam. Sebab pertempuran berlangsung di hampir semua titik strategis kota Khartoum.
Kebetulan saya pernah berkunjung ke kota Khartoum sebanyak tiga kali. Dan berdasarkan pengamatan saya, kota Khartoum memang penuh dengan barak-barak, compound atau instalasi militer.
Bahkan Bandara Internasional Khartoum juga menjadi medan tempur. Dan beberapa pesawat penumpang sipil terlihat terbakar. Dan praktis, penerbangan sipil dari-ke Khartoum sudah dihentikan sejak Sabtu, 15 April 2023.