Buku Sejarah Tuhan karya Karen Amstrong yang tebalnya total 670 halaman (termasuk daftar pustaka, glosarium dan indeksnya), sudah pernah saya membacanya saat cetakan pertamanya diterbitkan Mizan pada 2001 (lebih dari 20 tahun silam).
Lalu, selama beberapa minggu terakhir, saya membaca beberapa buku lain yang temanya terkait, yang kemudian memicu untuk kembali membacanya untuk kedua kalinya. Dan sentuhannya tetap asyik, menggoda dan menggairahkan. Terasa seperti baru pertama kali membacanya.
Tema dasar buku karya Karen Amstrong ini adalah paparan tentang sejarah lika-liku perjalanan terjal umat manusia untuk mencari, mengenali, menjelaskan dan mengidentifikasi dan mempersepsikan zat yang disebut Tuhan (God), yang dilakukan oleh para praktisi kebatinan, rabi, rahib, yogi, pendeta, pastor, ulama-wali serta kalangan filosof dan ilmuwan sains modern.
Sebuah pergulatan dan pengembaraan spritual yang nyaris tanpa jeda selama 4.000 tahun.
Harus diakui, membaca buku setebal 600-an halaman, dengan tema yang sangat serius (menyangkut Tuhan, soalnya) tentu memerlukan persiapan batin dan bekal intelektual yang memadai.
Dan persiapan itu sebanding dengan ulasannya yang mengalir dan memikat, bahkan untuk kajian persoalan teknis mistis yang njlimet, juga buku-buku rujukannya yang sangat kaya (sebagian di antaranya tidak-belum diterbitkan).
Melalui buku ini, Karen Amstrong mendemonstrasikan kelasnya sebagai seorang peneliti yang serius.
Tentang sumber-sumber rujukannya, ada dua catatan menarik: Pertama, Amstrong tidak menggunakan satu sumber pun yang berasal dari wilayah Nusantara (Indonesia). Jadi tidak akan ketemu kajian dan paparan tentang legasi Walisongo, Siti Jenar, atau Kejawen. Mungkin karena legasi para ulama nusantara itu jarang yang ditulis-dibukukan.
Kedua, dan ini cukup aneh, Amstrong sama sekali tidak merujuk figur terkenal dalam dunia tarikat-tasauf Islam yang bernama Abdul Qadir Jailani.
Padahal di beberapa bagian dari 11 bab bukunya, Amstrong merujuk pengalaman batin dan argumentasi tentang Tuhan yang pernah ditulis oleh Ibnu Arabi, Imam Asy'ary, Imam Ghazali, Rumi, Mullah Shadra, juga beberapa filosof Muslim seperti Ibnu Rusyd, Al-Farabi, bahkan penulis tafsir Imam Thabary.