Saya selalu suka dan menikmati menonton film-film samurai, yang klasik maupun produksi modern.
Di situ, jarak antara kehidupan dan kematian tampak begitu ringkas, oleh sekali tebasan pedang, yang saking tajamnya, terlihat nyaris tak membedakan antara daging yang lembut dan tulang yang keras.
Lalu darah yang muncrat kadang digambarkan seolah tinta merah yang menuliskan kalimat: "tebas lalu mati".
Dan di moment sesaat yang memisahkan antara tebasan pedang tajam yang digerakan tangan lincah, dan belahan luka yang nyaris tak tampak, kedua petarung yang saling berhadapan memperlihatkan garis wajah yang mengirim pesan: tak gentar untuk membunuh dan tak pula cemas akan mati. Hasilnya adalah keberanian.
Maka setiap pertarungan pedang dalam film samurai selalu sarat dengan pesan siap menanggung risiko paling tinggi, ketika pilihan hanya ada dua: hidup atau mati.
Catatan ini ditulis ketika sedang (dan belum tuntas) menonton film samurai klasik: Rurouni Kenshin: The Beginning (2021).
Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 02 Aguatus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H