Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

Menghina Menghinakan Penghinanya

Diperbarui: 27 Januari 2021   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menghina pada mulanya adalah niat, yang muncul saat kita merasa lebih mulia atau mengasumsikan diri kita memiliki kelebihan tertentu dibanding orang yang ingin dihinakan.

Lalu niat menghina itu, secara sadar atau tidak sadar, akan diterjemahkan oleh bahasa tubuh, gerak-mimik yang merendahkan, dan lambat atau cepat, akan diartikulasikan melalui ucapan lidah atau kalimat yang dituliskan.

Karena itulah, perilaku menghina lebih merupakan bakat bawaan atau talenta yang melekat pada jiwa.

Makanya, menghina itu pada akhirnya akan "telanjang", meski dingkari atau dibungkus dengan ucapan palsu atau senyum bersahabat atau ramah-tamah yang dibuat-buat.

Jika penghinaan itu datang dari orang yang Anda hormati dan sayangi, maka bobot penghinaannya akan terasa berlipat-lipat dan berlapis-lapis, mengiris dan menyayat hati.

Namun tidak ada kemuliaan yang dapat diraih melalui penghinaan. Sebab menghina justru akan menghinakan penghinanya, sejak berniat untuk menghina, bahkan sebelum penghinaan itu tersampaikan kepada orang yang mau dihina.

Syarifuddin Abdullah | 27 Januari 2021M/ 14 Jumadil-taani 1442H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline