Tentang cinta, kali ini, aku ingin mengkhayal.
Cinta seperti pertempuran batin tanpa perbatasan, antara dua jiwa manusia. Tak ada ruang-sekat dan waktu yang bisa disusun secara lengkap dan ajek dalam bentuk indeks atau grafik atau timeline kronologis.
Tiap saat, seperti virus pandemi, setiap orang bisa tertular dan/atau menularkan rasa cinta kepada atau dari orang lain. Dan setelah tertular atau menulari, jiwa manusia hanya bisa pasrah.
Namun seperti semua sisi hidup lainnya, cinta tak pernah bisa 100 persen digamblangkan dan disederhanakan. Sesuatu yang awalnya dianggap paling cemerlang sekalipun, bisa berdampak tak terduga dan tak jelas.
Karena cinta bisa bergerak zig-zag, tak tentu arah. Diharapkan ke utara, ia malah ke selatan. Dan pergerakan acak itu, menyadarkan tiap orang betapa rapuhnya bangunan harapan yang awalnya dianggap kukuh.
Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 17 Januari 2021/ 04 Jumadil-tsani 1442H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H