Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

Senandung Aisyah, yang Dirindu dan Dibenci

Diperbarui: 17 April 2020   17:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: pngtree.com

Orang Sunni memuji Aisyah, penganut Syiah membenci Aisyah. Dan perbedaan sikap ini panjang kisahnya. Sebagian detailnya tak mungkin lagi diverifikasi secara pasti. Dan umat Islam, Sunni ataupun Syiah, harus menerima hidup dengan perbedaan sikap itu, sampai akhir zaman nanti.

Nah, di tengah viralnya lagu "Aisyah Istri Rasulullah", mungkin perlu juga melihatnya dari sisi lain. Bukan untuk mendegradasi kesyahduan lagu itu, tapi sekedar meluaskan cakrawala dan membuktikan bahwa pada akhirnya, setiap orang lelaki ataupun wanita, betapapun hebatnya, tetaplah seorang manusia dengan segala plus-minusnya.

Dan awal kisah dari kebencian dan kerinduan pada Aisyah itu berawal dari adanya dua versi riwayat, yang terkait langsung dengan momen-momen terakhir ketika Rasulullah saw menghembuskan napas terakhirnya.

Versi pertama, Aisyah meriwayatkan: Rasulullah saw menghembuskan napas terakhirnya di pangkuanku (sebagian riwayat menyebut: di dadaku), dan hal terakhir yang masuk ke tenggorakan Nabi adalah cairan air ludahku (Aisyah), melalui siwak yang aku lunakkan dengan gigi-mulutku, kemudian kumasukkan ke mulut Rasulullah.

Melalui hadist ini, Aisyah mengisyaratkan romantisme antara dirinya dengan Sang suami. Dan itu halal.

Versi kedua, riwayat dari jalur lain yang menggambarkan bahwa Rasulullah saw meninggal dunia di tumpuan lutut Ali bin Abu Thalib. Di momen sakaratul maut itu, Ali duduk sambil melekukkan dan mendirikan lututnya, dan Rasulullah saw kemudian bersandar atau merebahkan pundak-kepalanya ke betis-lutut Ali bin Abu Thalib, sebelum akhirnya sosok mulia itu menghembuskan napas terakhirnya.

Sebagai saudara sepupuan, melalui riwayat ini, Ali bin Abu Thalib mengisyaratkan kedekatan hubungan dirinya dengan Sang Nabi.

Sampai di sini, dua versi riwayat itu tidak ada masalah, karena hanya menggambarkan relasi sosial-kekeluargaan: hubungan suami-istri antara Muhammad dan Aisyah; dan hubungan kekerabatan sepupuan antara Muhammad dan Ali bin Abu Thalib.

Tapi karena orang yang meninggal dunia itu adalah sosok yang bukan sembarang orang, pembicaraan segera bergeser ke ranah politik, yang melontarkan sebuah pertanyaan kunci: adakah Rasululluh saw menyampaikan wasiat terakhir tentang figur siapa yang menggantikan kepemimpinan umat Islam?

Menurut pendukung Ali bin Abu Thalib, dan kelompok Syiah termasuk di dalamnya, Muhammad saw telah berwasiat bahwa Ali bin Abu Thalib yang diserahi tampuk kepemimpinan umat.

Namun Aisyah membantah adanya wasiat Nabi untuk Ali bin Abu Thalib. Dan bantahan Aisyah itu, bagi sebagian orang, dianggap sebagai sikap yang "membuka jalan" bagi ayahnya (Abu Bakar Ash-Shiddiq), yang kemudian menjadi khalifah pertama

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline