Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

Brexit, 31 Januari 2020, Pukul 23.00 GMT

Diperbarui: 1 Februari 2020   06:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: cpb.nl

Jumat malam ini, 31 Januari 2020, pukul 23.00 GMT (06.00 WIB, Sabtu 01 Februari 2020), negara Inggris resmi berpisah dari Eropa daratan: BREXIT.

Sebuah "talak kewilayahan" yang dipestakan para pendukungnya. Di alun-alun di kota-kota Inggris, banyak panggung didirikan, minuman ditenggak, musik dimainkan. Massa berkerumun, dan disiarkan secara live.

Sepuluh detik menjelang pukul 23.00 GMT, suara pemandu di panggung akan memberikan komando perhitungan mundur (count down); 10-9-8-7-6-5-4-3-2-1...... Dan "talak" pun jatuh. Mengkhiri 47 tahun bergabungnya Inggris dalam Masyarakat Ekonomi Eropa yang kemudian berubah Uni Eropa.

Sekilas, pesta talak itu mirip dengan perayaan menyambut Tahun Baru.

Saya menulis artikel ini, sekitar satu jam sebelum sebelum jam 23.00 GMT, dan meng-upload-nya sekitar 15 menit sebelum count down, sambil menonton beberapa siaran langsung dari kota London. Kegembiraan mereka yang disebut pro-out (mendukung Brexit) tampak begitu nyata. Sementara yang dikategorikan pro-in (menolak Brexit), juga hadir dan dengan bangga tetap mengibarkan puluhan bahkan ratusan Bendera Uni Eropa.

Sayang seribu sayang. Detik-detik menjelang talak Brexit itu, terjadi ketika masyarakat dunia sedang sibuk dengan harap-harap cemas memelototi perkembangan kasus Coronavirus di China, yang telah menjangkiti lebih dari 10 ribu orang, dan menewaskan lebih dari 200 orang. Sementara di Amerika sana, televisi sibuk menyiarkan dan menganalisa proses impeachment Presiden Donald Trump.

Tapi terus terang, saya sebenarnya tidak begitu memahami berbagai konsekuensi Brexit, positif dan/atau negatif, terhadap Inggris dan Eropa daratan, apalagi terhadap ekonomi global. Saya bahkan susah memilahnya apakah Brexit adalah peristiwa politik atau ekonomi atau sosial, atau gabungan ketiganya.

Satu hal yang pasti, peristiwa Brexit menunjukkan bahwa garis batas antar negara tetap kokoh; nasionalisme masih sangat nyata, bahkan di negara yang mulutnya berbusap-busa mengadvokasi globalisasi.

Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 31 Januari 2020/ 06 Jumadil-tsani 1441H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline