Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

Arafah, Aku Merindukanmu

Diperbarui: 10 Agustus 2019   15:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: aljazeera.net. Gambar ilustrasi wilayah Makkah dan sekitarnya di zaman Nabi Muhammad saw.

Aku masih ingat detail dan rincian detik-detik awal perjumpaan pertama kali antara kau dan aku, 33 tahun silam. Lantas, selama sepuluh tahun lamanya setelah perjumpaan perdana itu, beberapa kali kita janjian untuk kembali bertemu pada tanggal 9 Dzhul-hijjah.

Dan pada tiap perjumpaan di tanggal 9 Dzhul-hijjah itu, kau selalu membuka diri dan menerima semua jemaah dengan lapang. Luas tanahmu merentang dan mengkerut mengikuti ritme jumlah jemaah haji, sehingga tak satu pun jemaah yang tidak engkau rangkul di pangkuanmu.

Setiap tahun, selama sekitar enam jam, kita berasyik-ma'syuk (saling melepas rindu). Dan yang paling mengesankan, ketika tiba saatnya untuk berpisah, rinduku belum tuntas tercurahkan. Dan itulah yang menyisakan kenangan yang membuatku ingin kembali berjumpa denganmu, lagi dan lagi

Arafah, tahukah kau bahwa aku merindukanmu bahkan ketika aku sedang berada di dalam pelukanmu, selama sekitar enam jam, dan rinduku makin menjadi-jadi ketika saatnya berpisah, dan aku harus menanti setahun kemudian untuk kembali berjumpa denganmu.

Arafah, masih ingat kan, pada tahun 1987, ketika aku datang menemuimu dengan berjalan kaki dari Makkah menuju tempatmu, menempuh jarak kurang lebih 19 km? Aku ingat persis detik-detik perjumpaan yang kedua itu: capek dan pegal di kakiku, juga penat di pikiranku, langsung sirna begitu telapak kaki kananku menginjak tanahmu.

Berkali-kali aku datang menemuimu secara fisik, namun bukan pada tanggal 9 Dzul-hijjah, saat melakukan umrah. Dan saya tahu persis, rasa dan kesyahduan saat menemuimu dan berada di pangkuanmu pada tanggal 9 Dzul-hijjah sangat berbeda jauh ketika menemuimu di tanggal-tanggal lainnya.

Ketika akhirnya jarak makin terentang jauh, dan aku tak bisa lagi datang menemuimu secara fisik, saya yakin kau pun tahu bahwa hatiku-pikiranku-dan-jiwaku senantiasa datang menemuimu pada setiap tanggal 9 Dzul-hijjah, meski secara geografis, fisikku berada jauh darimu.

Aku menulis artikel ini beberapa jam sebelum waktu yang biasa kita janjian untuk ketemuan setiap tahun, yakni saat matahari tergelincir di ubun-ubun pada tanggal 9 Dzul-hijjah.

Ketika para jemaah haji sedang wukuf di pangkuanmu, pada setiap tanggal 9 Dzul-hijjah, selama sekian menit dalam rentang waktu sekitar enam jam itu, dari jauh aku melakukan ritual khusyu' yang takzim: menutup mata, memusatkan perhatian sukma, menihilkan diri, meleburkan seluruh jasadku, dan sepenuhnya meyakini bahwa aku berada di dalam pangkuanmu, Arafah, merasakan balutan berkah tanah dan langitmu, sambil bersimbah air mata haru dan bahagia bersama para jemaah haji lainnya. Dan bersama para malaikat, aku ikut meng-amin-kan zikir dan doa para jemaaah, dan meyakini sepenuhnya mereka semua meraih haji mabrur.

Arafah, aku merindukanmu, sungguh!

Syarifuddin Abdullah | 'S-Gravenhage, 09 Agustus 2019/ 08 Dzul-hijjjah 1440H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline