Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

Catatan Seorang Almarhum dari Alam Barzakh

Diperbarui: 5 Agustus 2019   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

Catatan ini, yang kutulis dari alam barzakh, mengulas periode waktu selama 7 hari pertama sejak aku dinyatakan meninggal dunia.


Layar-1

Persis seminggu silam, seorang dokter menulis keterangan resmi yang menjelaskan bahwa secara medis dan klinis, badan atau tubuhku telah meninggal dunia pada hari-tanggal-bulan-tahun sekian, jam sekian, menit sekian, dan detik sekian. Tubuhku tak lagi bernyawa. Telah wafat dan disemati predikat almarhum, sebagian menyebutku mendiang atau yang mangkat.

Sesaat kemudian, kabar wafatku pun beredar secara berantai di beberapa group Medsos. Sebagian mendengarkan kabar wafatku langsung dari orang lain. Hampir semua orang yang mendengar kabar wafatku langsung berdoa, dengan caranya masing-masing:  mengucapkan atau menuliskan kalimat inna-lillahi-wa-inna-ilaihi-raji'un, yang dicopy-paste.

Catatan ini, yang kutulis dari alam barzakh, mengulas periode waktu selama 7 hari sejak aku dinyatakan meninggal dunia. Tentu periode waktu sepekan itu berdasarkan siklus perhitungan waktu manusia di dunia.

Sebab, setelah rohku memasuki alam barzakh, aku atau rohku juga baru menyadari bahwa di alam barzakh ini tak ada lagi siklus waktu: tak ada malam, tidak ada siang, tak pula ada pagi-siang-sore, malam-tengah malam, dini hari. Tak ada perbedaan kemarin-hari ini-esok hari dan seterusnya.

Pendek kata, alam barzakh tak mengenal predikat waktu. Sebelum-kini-sesudah telah menjadi satu dimensi. Masa lalu - masa kini - masa depan melebur menjadi nir-demensi waktu.

Dan bukan hanya itu. Di sini, di alam barzakh ini, juga tak ada dimensi ruang. Akibatnya, tak ada kiri-atau-kanan, tak lagi ada muka-atau-belakang, tak pula ada atas-atau-bawah, tak ada lagi yang bisa dikategorikan jauh atau pun dekat. Tak ada dikhotomi antara terjangkau dan tak-terjangkau.

Layar-2

Aku tak ingat persis bagaimana proses perpisahan antara rohku dan tubuhku,  yang menandai bahwa aku telah mati, meninggal dunia.

Juga tak ingat apakah roh atau nyawaku itu keluar dari ubun-ubun kepalaku, atau keluar melalui ujung jari jempol kaki kananku, atau dari jari telunjuk tangan kananku, atau jari kelingking tangan kiriku. Sekalabat, rohku terpisahkan dari jasadku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline