Berjarak sekitar 85 km ke arah utara dari pusat kota Den Haag, melewati bandara Schipol Amsterdam, lokasi wisata pantaidi Volendam sebenarnya tidak terlalu istimewa. Tapi konon ia menjadi salah satu ikon wisata di Belanda.
Suasana dan lingkungannya mirip dengan tempat-tempat wisata pantai (tanpa pasir pantai) yang juga ada dan banyak sekali ditemukan di berbagai titik di Indonesia: Bali, Yogya, Pangandaran, Anyer dan Carita, dan masih banyak lagi.
Hanya mungkin orang akan berkomentar begini: "Tapi ini Belanda, Bung". Negeri kincir angin yang sejak dulu populer sangat tahu caranya bagaimana memperlakukan pantai dan laut. Dan itu terlihat jelas di Volendam. Semua tertata tapi, termasuk konon tukang copetnya. Di beberapa toko souvenir terlihat plang kecil bertuliskan dalam bahasa Bahasa Inggris: "Beware Pickpocket", atau bahkan dalam Bahasa Indonesia: "Awas Copet!!!"
Mendengar cerita-cerita warga dan brosur wisata di lokasi, kesan awal saya, Volendam (secara letterlejik bermakna filled-dam) awalnya adalah kampung nelayan "kuno", yang kemudian disulap menjadi tujuan wisata, dengan mengandalkan posisi geografisnya yang berhadapan dengan Teluk IJ. Masih ada dermaga kecil, yang kini disandari kapal-kapal wisata cruise ukuran sedang. Di pusat Volendam, terdapat sebuah bangunan tua, yang pernah menjadi pusat pelelangan ikan, yang dilokasinya kini dibangun Volendam Museum, yang bersisian dengan pantai.
Selain menikmati pemandangan Teluk IJ dengan deretan perahu-perahu nelayan tradisional yang berlayar atau bersandar di dermaga, salah satu kegiatan wisata di Volendam yang konon tak boleh dilewatkan oleh setiap pengunjung adalah berfose dengan pakaian lengkap tradisional nelayan kuno Belanda. Terdapat beberapa studio foto yang menawarkan jasa foto dengan pakaian tradisional nelayan itu.
Dan ada yang menarik: di etalase bagian luar beberapa studio foto itu, terpampang beberapa foto tokoh dan public figur terkemuka asal Indonesia yang pernah berkunjung ke Volendam: Gus Dur bersama beberapa orang; Taufik Kiemas bersama Megawati Soekarnoputri; Dien Syamsuddin bersama istri; Titiek Puspa; Cak Lontong; Rano Karno dan banyak lagi. Semuanya berfose dengan pakaian tradisional nelayan Belanda jaman doeloe.
Tapi di bulan Januari, Volendam tampak tidak begitu ramai. Menurut pemandu, puncak keramaiannya di musim panas, khususnya bulan Mei. Di bulan Januari, sebagai daerah pantai, dinginnya minta ampun bagi pengunjung baru asal negeri tropis. Meski suhu hanya 2 derajat celsius, namun hembusan angin pantainya menusuk tajam menembus pori-pori, bahkan terasa sampai ketulang.
Londo, Londo!!!
Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 26Januari 2019/ 20 Jumadil-ula 1440H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H