Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

AM Fatwa Tutup Usia

Diperbarui: 14 Desember 2017   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: style.tribunnews.com

Keabadian hanya milik Allah SWT semata. AM Fatwa wafat hari ini, Rabu, 14 Desember 2017/24 Rabiul-awal 1439H, pukul 06.17 WIB di rumah sakit MMC, Jakarta, di usia 78 tahun.

Saya langsung teringat pada satu momen di tahun 1985. Karena diajak oleh seorang anggota keluarga, saya sempat mampir di jalan yang sebenarnya Kramat VII, tapi lebih populer dengan sebutan Kramat V, sebuah lokasi yang saat itu dikenal sebagai markas unit keamanan Orde Baru yang disebut Laksus (Pelaksana Khusus). Lalu saya diberitahu oleh seorang petugas, bahwa salah satu "tahanan" yang sedang dimintai keterangannya di Kramat V adalah AM Fatwa, yang pada era itu memang dikenal sebagai tokoh yang "vokal" mengkritik pemerintahan Soeharto.

Saat itu, saya tidak punya informasi apapun tentang AM Fatwa, kecuali bahwa dia orang Bugis, dari Sulawesi Selatan. Karena baru tamat dari pesantren yang setingkat SMA di Makassar, dan sedang persiapan mengurus rencana keberangkatan ke luar negeri, saya belum punya ketertarikan tentang dinamika politik nasional. Belakangan baru saya tahu, AM Fatwa termasuk tokoh penandatangan Petisi 50, yang dipelopori antara lain Ali Sadikin dan menjadi simbol perlawanan terhadap rezim Soeharto.

Waktu bergulir lebih dari satu dasawarsa kemudian, ketika nama AM Fatwa kembali muncul di puncak-puncak dinamika Era Reformasi 1997-1998. Saat itu, saya kemudian berkesimpulan, AM Fatwa mungkin termasuk salah satu tokoh yang tampaknya sangat berkepentingan dengan keruntuhan Orde Baru. Mungkin karana dirinya termasuk orang yang ikut "merasakan" konsekuensi tidak nyaman dari berbagai kebijakan keamanan negara di era Orde Baru.

Cerita selanjutnya, publik mengetahui: AM Fatwa menjadi salah satu motor yang mendampingi Amien Rais dalam melahirkan Partai Amanat Nasional (PAN), lalu menjadi anggota DPR Fraksi PAN; wakil ketua DPR (1999-2004) dan wakil ketua MPR (2004-2009), kemudian anggota DPD mewakili Provinsi DKI selama dua periode (2009-2019). Catatan karir politiknya bisa diakses di berbagai situs.

Secara personal, saya tidak pernah bersentuhan langsung dengan AM Fatwa. Namun saya relatif cukup intens mengikuti sepak terjangnya. Karena posisinya sebagai seorang tokoh Muslim nasional dari unsur Muhammadiyah, saya punya beberapa catatan singkat berikut:

Pertama, AM Fatwa termasuk tokoh yang memiliki konsistensi dalam memperjuangkan prinsip-prinsip yang diyakininya. Namun setelah masuk ke dalam "sistem" melalui koridor PAN, beliau sering tampak "terpaksa menyesuaikan diri" dengan realitas politik. Apalagi dia mesti mengikuti ritme zig-zag yang dimainkan Amien Rais.

Kedua, dalam membuat pernyataan publik, AM Fatwa bukan termasuk tokoh yang cerdas merumuskan kalimat pernyataan yang "layak kutip" di media. Pernyataan-pernyataannya datar, jarang - untuk tidak mengatakan - tidak pernah menjadi headline media-media nasional.

Bahkan ketika tampil di layar kaca sebagai narasumber, AM sering terkesan "menahan kalimat-kalimat pernyataannya". Bahkan sering terkesan agak-agak gugup dan tidak lincah menjawab pertanyaaan wartawan atau pembawa acara di program talkshow.

Ketiga, AM Fatwa mungkin lebih pas disebut sebagai aktivis, dibanding seorang pemikir atau konseptor. Saya tidak pernah mendengar atau membaca gagasan-gagasannya yang bersifat terobosan terkait isu-isu pergerakan dan pemikiran keislaman.

Keempat, ada satu kesan kuat setiap kali melihatnya tampil di media: AM Fatwa terlihat selalu memelihara dan memposisikan dirinya sebagai "orangtua" yang santun dan merangkul. Dan mungkin inilah salah satu daya pikat dan sekaligus kekuatan  personality seorang AM Fatwa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline