Pada Sabtu 21 Oktober 2017, sekitar pukul 10.00 WIB, saya memasukkan berkas (fotokopi suket dan KK) di counter penerimaan berkas yang disiapkan di luar tenda utama oleh Kemendagri di lingkungan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Oleh petugas, warga diarahkan agar berkasnya diserahkan saja, sambil menuliskan nomor handphone di salah satu berkas. "Petugas kami akan mengirimk SMS, kalau KTP sudah selesai dicetak," kata petugas itu.
Saya menunggu sampai Minggu pagi (22 Okt). Tapi SMS pemberitahuan yang dijanjikan itu, tidak masuk-masuk juga. Mungkin petugas yang menerima berkas saya pada Sabtu siang (21 Okt), hanya ingin menenangkan warga yang menyerahkan berkasnya.
Akhirnya, pada Minggu pagi, saya memutuskan kembali ke TMII dan tiba sekitar pukul 09.00 WIB. Setelah jogging sekadarnya di lingkungan TMII, saya menuju tenda Kemendagri, dekat gedung Keong Emas.
Setelah bertanya dan ngobrol sesama pengurus KTP, saya diberitahu bahwa pengambilan KTP-el yang sudah cetak berada di sebuah tenda yang disiapkan khusus, yang bersisian dengan Gedung Sasana Kriya, persis di depan tenda utama Kemendagri
Saya menuju ke tenda yang berwarna putih itu. Di dalam tenda, antrean dibagi menurut abjad hurup awal nama. Tiap loket dijatah tiga hurup: ABC, DEF, GHI, JKL, MNO, PQR, dst. Saya mengantre di huruf "STU". Jam sudah menunjukkan pukul 09.30. Istri saya yang hurup awal namanya adalah "A" mengantre terpisah di loket yang bertanda ABC.
Di depan saya, pengantre sekitar 40 orang. Tapi ritme penyelesaian (penyerahan KTP el) terasa sangat lamban. Sekitar 10 menit per orang. Saya membatin, bisa sampai sore ini antrean. Setelah mengantre selama sekitar 30 menit, dan barisan antrean terasa tidak bergerak, saya mulai membatin: ini alamat buruk. Karena belum sarapan, saya memutuskan keluar antrean. Posisi antrean saya, saya ikhlaskan ditempati oleh seorang ibu-ibu. Jam sudah menunjukkan pukul 10.00. WIB.
Sekitar pukul 10.30 WIB, setelah sarapan, minum kopi dan ngepul dua batang rokok, saya kembali ke tenda antrean. Orang yang tadinya berada persis di depan saya pada antrean pertama, baru ngesot ke depan sekitar dua meter.
Ketika memasuki antrean yang kedua kalinya, di depan saya sekitar 30 orang. Karena pengaturan antreannya tidak teratur, biasa salip menyalip pun terjadi. Bahkan ada sejumlah warga yang menerobos dari belakang meja, yang langsung diteriaki warga yang sedang mengantre. Berkali-kali teriakan itu terdengar dengan kencang dan bernada marah.
Pukul 12.30 WIB, di tengah antrean, tiba-tiba muncul Mendagri Tjahjo Kumolo, bersama beberapa staf pendampingnya. Sang Menteri berdiri mungkin sekitar 30 menit, tepatnya di loket antrean hurup GHI. Mendagri hanya mengamati, sesekali terlihat memegang kertas fotokopian suket dan KK. Saya berupaya memotretnya.
Pukul 13.15 WIB, alhamdulillah, saya akhirnya nyampe juga di meja loket antrean. Saya langsung menyerahkan berkas fotokopian suket dan KK, lalu petugas memeriksa apakah KTP-el saya ada di antara bundelan KTP. Satu per satu dicek, dan akhirnya petugas menyatakan begini: KTP-el bapak (saya) belum dicetak alias belum jadi. Saat itu, jam di arloji sudah menunjukkan angka 13.30 WIB.
"Bagi yang belum dicetak KTP-el nya, pada hari ini, silahkan datang ke kantor kelurahan masing-masing mulai hari Rabu (25 Okt). Sebab KTP yang sudah dicetak berdasarkan berkas yang diserahkan di TMII, akan diserahkan ke kelurahan masing-masing. Silahkan ke sana mengambilnya," lanjut petugas.