Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

Puncak Kesehatian

Diperbarui: 3 Juli 2017   21:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aroma dua tubuh itu tak lagi saling membedakan. Keduanya sudah saling menisbahkan diri. Masing-masing telah melepas ciri khasnya, lalu mencipta aroma kesehatian.

Seperti dua kata ganti (dhamir) yang merujuk kepada satu subyek. Dia-aku sudah menjadi dia. Aku-dia telah menjelma menjadi aku.

Puncak kesehatian yang menihilkan diri sendiri. Dua ritme napas terhembuskan melalui satu tarikan-hembusan napas. Jarak fisik tak lagi dihitung, tak pula berpengaruh.

Sayang seribu sayang, kesehatian itu terjadi di momen yang tidak tepat. Keduanya masing-masing terbelenggu oleh tali melilit kencang, nyaris mustahil dilepas apalagi melepaskannya.

Solusinya hanya satu, tak ada duanya: menikmati kekinian, sambil was-was akan masa selanjutnya. Berusaha menikmati momentum di tengah keterbelemgguan: berat dan melelahkan, namun tetap mengasyikkan.

Syarifuddin Abdullah | 03 Juli 2017 / 09 Syawwal 1438H.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline