Ada pakar yang mengelompokkan pemilih Indonesia ke dalam tiga kategori besar: pemilih ideologis, pemilih sosiologis, dan pemilih rasional. Sering juga kita membaca kategori pemilih oportunis, pemilih mengamban dan beragam kategori lainnya. Dan kalau mau, Anda bisa menambahkan satu kategori lagi: pemilih ha-ha-ha, hu-hu-hu.
Tapi setiap orang yang punya hak suara dalam sebuah Pemilu termotivasi ikut mencoblos di bilik suara, sebenarnya lebih bersifat personal bangat, gua baget, dengan beragam alasan berikut:
1. Percaya atau tidak, banyak pemilih yang ikut mencoblos tanpa alasan yang jelas, mengalir begitu saja. Dan tidak begitu peduli dengan konsukensi pilihannya. Sekedar berpartisipasi. Untuk kasus Indonesia, konon sebagian besar pemilih ikut memcoblos tanpa sentuhan argumen rasional. Artinya, alasannya ikut mencoblos adalah "tanpa alasan".
3. Karena alasan ideologis keagamaan, misalnya mencoblos karena ingin memenangkan seorang kandidat dengan pertimbangan agamanya, dan pada saat yang sama, berharap dengan suaranya itu, bisa mengalahkan kandidat lain yang beda agama.
4. Memilih karena alasan doktrin ideologi ekonomi tertentu. Misalnya memilih karena kandidat mengusung program kerja yang kapitalis banget, atau sosialis bangat. Tapi pemilih model ini sudah menjadi barang langka. Karena sebagian besar program kandidat tidak memiliki karakter ideologi ekonomi tertentu.
5. Ada orang yang ikut memilih karena pertimbangan satu asal-usul etnis dengan kandidat tertentu, meskipun pemilih itu tidak mengenal secara pribadi kandidat pilihannya, bahkan mungkin tidak pernah diuntungkan secara langsung oleh sang kandidat.
6. Ikut memilih karena sudah mendapatkan uang muka angpao (amplop berisi duit), dan jika memilih dan jagoannya menang, akan mendapatkan lagi angpao tambahan paska Pemilu.
7. Banyak orang ikut mencoblos karena ingin membalas budi baik seseorang. Karena si x pernah membantu si Y, dan si X meminta si Y agar ikut memilih, maka si Y akan ikut mencoblos untuk membalas kebaikan si X.
8. Ikut memilih karena menjadi bagian dari Tim seorang kandidat. Misalnya seseorang yang menjadi tim sukses atau tim kampanye atau kelompok simpatisan salah satu kandidat.
9. Ikut mencoblos karena atasannya di tempat kerja meminta bahkan cenderung memaksanya untuk ikut memcoblos kandidat tertentu. Ada periode sejarah di Indonesia di mana seseorang bisa dipecat dari pekerjaannya akibat memilih kandidat yang berbeda dengan pilihan atasannya.
10. Bisa juga seseorang ikut memilih karena kebetulan pacarnya menjadi tim sukses salah satu kandidat. Atau pacarnya fanatik banget kepada seorang kandidat dan meminta pasangannya untuk memilih kqndidat tersebut. Mungkin ini bisa disebut "pemilih demi cinta".