Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

Sembilan Karakter Politik Luar Negeri China

Diperbarui: 22 Maret 2017   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto Mark Schiefelbein/Associated Press dalam https://www.nytimes.com.

Apakah China akan mendukung Ahok secara terbuka dalam kontestasi Pilgub DKI 2017? Apakah mungkin China akan terlibat konfrontasi militer secara massif di Laut China Selatan? Apakah China akan mencabut dukungannnya terhadap Korea Utara?

Jawaban atas tiga pertanyaan itu, dan juga terhadap pertanyaan-pertanyaan lain terkait China, bisa diperoleh melalui pemahaman utuh tentang karakter politik luar negeri China yang sudah berlangsung dan dijalankan sekitar separuh abad:

Pertama, konsistensi. China jarang sekali melakukan perubahan arah kebijakan luar negerinya. Begitu sebuah kebijakan diambil, seluruh lini pemerintahan akan konsisten mendukungnya. Begitu China melakukan kerjasama dan hubungan strategis dengan sebuah negara, kecil kemungkinan China akan mengubahnya. Inilah yang terjadi dalam kasus hubungan China dan Korea Utara.

Dan jika benar China akhirnya memutuskan untuk membiayai pembangunan terusan Kra di Thailand – yang menghubungkan antara Laut Andaman di barat dan Laut China Selatan di timur, bisa dipastikan bahwa kebijakan itu akan dilakukan secara konsisten. Dan percaya deh, tidak satupun negara yang akan bisa menghalanginya.

Kedua, menghindari konfrontasi langsung. Setidaknya dalam 50 tahun terakhir, China tidak pernah terlibat langsung secara masif dalam perang terbuka. Dalam kasus Suriah, misalnya, China sebenarnya lebih berpihak kepada Rezim Bashar Assad, tapi China tidak mengirim pasukan tempurnya ke Suriah, seperti yang dilakukan oleh Rusia.

Kebijakan ini juga yang masih diterapkan dalam konflik di Laut China Selatan. Karena itu, menjadi tidak logis jika membayangkan bahwa China akan terlibat konfrotasi atau perang besar-besaran melawan Filipina yang didukung Amerika dalam konflik saling klaim terhadap pulau-pulau di perairan Laut China Selatan. Bahwa sering terjadi gesekan antara kapal perang China dan kapal perang Filipina misalnya, itu benar. Tapi gesekan insidentil itu kecil sekali kemungkinan akan bereskalasi menjadi konfrontasi terbuka secara besar-besaran.

Ketiga, China cenderung selalu menghindari dukungan terbuka kepada kelompok dan tokoh tertentu oposisi atau tokoh kontroversial di sebuah negara. Karena itu, menjadi lucu, ketika muncul berita bahwa Pemerintah China secara terbuka mendukung melalui bantuan keuangan untuk memenangkan Ahok dalam Pilgub DKI 2017. Hampir pasti beritanya hoax. Sebab itu bukan karakter politik luar negeri China.

Bahwa China memberikan dukungan kepada seluruh komunitas keturunan China di semua negara, itu pasti. Seperti yang dilakukan oleh semua negara. Tapi dukungan itu tidak mungkin dilakukan secara vulgar, apalagi sampai mengirim tentara ke Jakarta. Ya, tidaklah, Bung.

Keempat, dalam melakukan interaksi global, China lebih prefer menjalin hubungan bilateral dibanding hubungan multilateral. Karena itu, ketika berhadapan dengan negara-negara anggota ASEAN, China lebih memilih berhadapan dengan masing-masing dari 10 anggota ASEAN, dibanding berhadapan dengan lembaga ASEAN.

Kelima, semua kebijakan luar negeri China di bidang ekonomi, harus dan wajib mendukung langsung dan riil pembangunan ekonomi dalam negeri. Karena itu, bila ada investasi China di sebuah negera, maka salah satu syaratnya adalah melibatkan tenaga kerja asal China.

Di Benuar Afrika sekarang ini, terdapat lebih dari satu juta komunitas China. Mereka adalah pekerja China yang diboyong dari China untuk bekerja di proyek-proyek investasi China di seluruh Benua Afrika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline