Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

Operasi Merebut Mosul, Hari Ke-08: Tragedi Pengungsi Mosul Tinggal Menunggu Waktu Saja

Diperbarui: 25 Oktober 2016   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Google Map

Sudah delapan hari, tepatnya sejak 17 Oktober 2016, tidak terlihat lagi ada kendaraan umum atau pergerakan warga yang lalu lalang keluar-masuk kota Mosul. Praktis Mosul terisolasi. Semua jalan menuju Mosul adalah medan tempur. Dan tidak ada perkiraan seberapa lama persedian bahan pokok untuk warga Mosul yang berjumlah antara 1,2 s.d 1,5 juta jiwa itu.

Dan “Jika ada orang yang beranggapan bahwa pertempuran merebut Mosul hanya akan berlangsung beberapa minggu, berarti dia sudah lama tidak mengikuti perkembangan para kombatan ISIS”, begitu sindiran seorang pejabat militer senior Amerika yang bertugas di Irak, yang dikutip Aljazeera.net pada hari ke-8 Operasi Merebut Mosul (Senin, 24 Agustus 2016).

Pernyataan itu ada benarnya. Sebab meski sedang terpojok bertahan di Mosul, di tempat lain, di bagian barat dekat garis perbatasan Irak dengan Jordania-Saudi-Suriah, kombatan IS kembali menyerang, menguasai dan kemudian merebut kembali Kota Rutba (terletak sejauh 380 km ker arah barat Baghdad). Kota Rutbah sebelumnya pernah dikuasai kombatan IS, kemudian berhasil direbut oleh militer Irak pada Mei 2016, dan sekarang direbut lagi oleh kombatan IS.

Mudah dibaca: IS membuka front pertempuran pengalihan konsentrasi. Sebelumnya, pada 21 Oktober 2016, dengan kekuatan sekitar 100 kombatan, IS menyerang di jantung kota Kirkuk, sekitar 180 kam ke arah tenggara Mosul.

Di front pertempuran utama, semakin mendekat pasukan gabungan ke gerbang Kota Mosul, pertempuran juga semakin intens. Tapi gaya dan model perlawanan kombatan ISIS belum bergeser jauh: sniper, bom mobil. Karena kalah jumlah dan kekuatan, kombatan ISIS lebih memilih menyerang dengan model hit and run.

Tapi, pertempuran sesungguhnya justru baru akan terjadi menjelang dan setelah pasukan gabungan memasuki Kota Mosul. Jika waktunya tiba, mungkin dalam hitungan hari ke depan, maka konsekuensi lanjutan yang paling nyata adalah aliran dan nasib pengungsi Mosul terutama wanita dan anak-anak.

Sejak semula PBB telah memperkirakan bahwa dari sekitar 1,5 juta penduduk Mosul, diperkirakan sekitar 1 juta orang di antaranya akan mengungsi. PBB sendiri mempersiapkan untuk menampung sekitar 700 ribu pengungsi (sekitar 500 ribu di antaranya adalah anak-anak). Berdasarkan UNHCR, sampai hari ke-8 Operasi Merebut Mosul, terpantau sekitar 4.000  pengungsi telah meninggalkan Mosul. Dan jumlah itu akan terus bertambah.

Meskipun para pejabat dan komandan di semua unit pasukan gabungan yang menyerbu Mosul menegaskan akan tetap menomorsatukan keselamatan warga sipil di Mosul, tapi adalah naif bila membayangkan dan berharap pertempuran yang “manusiawi”. Sebab dalam setiap pertempuran, sejak dahulu kala sampai kiamat nanti, alternatifnya selalu cuma dua, tidak ada tiganya: to kill or to be killed (membunuh atau dibunuh).

Syarifuddin Abdullah | Senin, 24 Oktober 2016 / 24 Muharram 1438H

Sumber tulisan: Al-jazeera, Al-Hayat, Amaq News Agency.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline