Jika diibaratkan penulisan skenario sebuah lakon, konflik Suriah yang berlangsung sejak 2011 hingga saat ini, adalah pertunjukan yang diperankan 11 aktor utama. Masing-masing telah memilih dan menentukan sikapnya terhadap proses dan dinamika pertunjukan. Masing-masing aktor kadang melakukan improvisasi di panggung. Namun rumusan tentang bagaimana dan seperti apa ending lakon itu belum disepakati.
Panggung pertunjukannya adalah peta wilayah Suriah. Sesekali merembet ke bagian selatan Turki dan bagian utara Irak.
Masing-masing dari 11 aktor utama itu, kadang memaksakan diri untuk menjadi sutradara, dan terus berargumentasi tentang sikapnya masing-masing. Berikut adalah gambaran argumentasi masing-masing untuk memberikan alasan pembenar terhadap sikap dan tindakannya, ketika semuanya (diasumsikan) bertemu dalam satu meja perundingan.
1. Bashar Assad:
Suka tidak suka, sebelum tahun 2011, aku adalah penguasa resmi dan legimated untuk seluruh wilayah Suriah. Kalian semua adalah pendatang. Bahasa kasarnya, kalian melakukan intervensi ke negara saya. Sesuatu yang semestinya tidak dilakukan berdasarkan hukum internasional. Memang saya akhirnya memilih Rusia dan Iran serta milisi Hizbullah Lebanon untuk membantu saya, dan itu ada alasannya.
Bagi saya, semua faksi oposisi adalah kelompok teroris, yang halal dihabisi dengan menggunakan segala cara. Bukankah itu yang dilakukan George Walker Bush ketika menggempur Irak dan Afghanistan. Jadi kalian jangan ceramahi aku tentang kebengisan.
Yang aku lakukan terhadap oposisi di Suriah, serupa dengan yang dilakukan oleh Recep Tayyip Erdogan ketika memerangi PKK, kelompok pemberontak Kurdi di bagian timur Turki. Itu juga yang dilakukan Raja Abdullah yang dilanjutkan oleh Raja Salman ketika jet-jet tempur dan rudal Saudi menggempur pemukiman warga sipil di Yaman.
Kalian ini aneh, saya dicemooh karena bekerja sama dengan Rusia dan Iran. Padahal kalian tahu bahwa Saudi Arabia juga mendukung dana dan persenjataan beberapa kelompok dan milisi oposisi. Hal yang sama dilakukan oleh Turki. Amerika juga melatih sebagian milisi oposisi di Suriah.
2. Vladimir Putin:
Konflik Suriah adalah showtime bagi Rusia. Tapi pertama saya ingin menegaskan dan berharap semua pihak menyadarinya bahwa apapun penilaian kalian, Rusia adalah negara besar yang memiliki semua syarat untuk berperan sebagai negara Super Power: Rusia memiliki teknologi, sistem persenjataan di tiga matra darat-udara-laut, senjata nuklir dan kimia, armada laut dan sumber daya.
Karena itu, ketika Bashar Assad membuka pintu bagi Rusia untuk berperan aktif dan secara penuh di Suriah, saya menyambutnya sebagai peluang yang tak boleh disia-siakan.