Konflik internal yang sejak 2011 mengoyak-ngoyak hampir semua lini kehidupan di Libya – politik, militer dan sosial – jauh lebih kompleks daripada sekedar polarisasi dua kubu besar yang bersiteru.
Konflik berdarah-darah itu bukan hanya melanda kota-kota pantai di utara Libya, yang membentang sepanjang sekitar 1.800 km dari barat ke timur (lihat peta), tapi juga di wilayah padang pasir di bagian tengah dan selatan. Meski secara historis, kehidupan di Libya sebenarnya lebih terkonsentrasi di sepanjang pesisir utara.
Polarisasi politik dan militer
Paska jatuhnya Qaddafi, secara de facto, Libya terpecah menjadi dua kubu utama, yaitu pemerintahan Dawn Libya yang bermarkas di Tripoli dan satunya lagi Pemerintahan Al-Karamah yang bermarkas di Tobruk. Semua lini kehidupan lainnya akhirnya mengekor ke polarisasi dua kubu tersebut.
Kota Tobrouk, yang terletak di wilayah timur dekat perbatasan Mesir, menjadi basis pemerintahan Al-Karamah (kemuliaan), yang memiliki parlemennya sendiri serta pasukan militer yang dipimpin Khalifah Hefter. Kubu Al-Karamah ini diklaim lebih berorientasi nasionalis, sebagian besar tokoh-tokohnya dari kelompok liberal.
Sementara sebagian besar wilayah barat, termasuk ibukota Tripoli, dikontrol oleh pemerintahan Dawn Libya (Fajar Libya), yang juga punya parlemennya sendiri, dan secara militer dikendalikan oleh pasukan di bawah komando Dewan Revolusi yang pro Dawn Libya, yang sering diposisikan kelompok yang lebih berorientasi agamis.
Kantor-kantor perwakilan Libya di luar negeri, juga mengalami polarisasi dua kubu. Sebagian kedutaan berkiblat ke Pemerintahan Dawn Libya, sebagian lainnya menerima perintah dari Pemerintahan Al-Karamah. Bahkan ada beberapa kantor kedutaan Libya, yang pegawainya terpecah dua, sehingga membuat tidak nyaman suasana kerja di kedutaan. Terjadi saling curiga dan saling memata-matai antara sesama diplomat Libya di satu kantor kedutaan.
Di antara dua kubu besar yang berseteru itu, masih ada beberapa faksi yang saling berseteru, sebagian di antaranya dipimpin komandan lapangan yang berperilaku seperti War Lord, namun tetap mengekor ke polarisasi dua kubu besar: Dawn Libya vs Al-Karamah.
Bagian Selatan Dikontrol Kabilah
Di bagian selatan, yang merupakan kawasan padang pasir dan relatif tidak terjangkau oleh pasukan dua kubu yang bersiteru (Dawn Libya vs Al-Karamah), akhirnya menjadi wilayah yang dikontrol oleh milisi-milisi bersenjata yang berbasis kabilah.
Kondisinya semakin runyam karena milisi-milisi yang berbasis kabilah itu akhirnya gontok-gontokan satu sama lain sesuai dengan afeliasinya: kabilah pendukung Dawn Libya berantem dengan kabilah-kabilah yang pro pemerintahan Al-Karamah di Tobruk.