Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

Penceramah yang Sering Salah Baca Teks Berbahasa Arab

Diperbarui: 18 Juni 2016   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penceramah Salah Baca, Dokumen Pribdai

Terserah Anda menyebutnya: ustadz, tuangguru, alim, ulama, kiai atau kiai haji sekalipun. Tapi salah satu ukuran kematangan ilmu keagamaan seorang penceramah adalah seberapa dalam penguasaan dan kebenaran bacaannya secara gramatikal ketika mengutip teks berbahasa Arab: ayat Quran, sabda Nabi dan ungkapan berbahasa Arab lainnya.

Berdasarkan pengamatan saya, cukup jarang penceramah di Indonesia yang salah baca ketika mengutip ayat-ayat Quran. Sebab semua mushaf yang beredar di pasaran sudah ber-harakat (sudah diberi tanda baca fathah, dhamma, kasrah dan jazm).

Dan saya biasanya tidak terlalu peduli jika ada ustadz yang terkesan fanatik dengan mazhab fikhi tertentu. Namun bisa sangat terganggu bila mendengar penceramah yang keliru secara gramatikal ketika membaca dan mengutip hadits-hadits Nabi atau ungkapan berbahasa Arab.

Dan kekeliruan membaca teks berbahasa Arab itu adalah persoalan serius. Sebab ketika suatu kata yang mestinya dibaca marfu’ (baris dhamma atau vokal ‘u’ (ــُـ), tetapi dibaca dengan fathah atau vokal ‘a’ (ــَـ), dan/atau majrur (baris kasrah) atau vokal ‘i’ (ــِ), yang mengakibatkan maknanya bisa melenceng jauh.

Misalnya ketemu kalimat (رَكِبَتْ فَاطِمَةُ سَيَّارَةً), yang berarti “Fatimah mengendarai Mobil”. Tapi dari segi rasa dan tata bahasa, kalimat itu juga dimungkinkan dibaca (رَكِبَتْ فَاطِمَةَ سَيَّارَةٌ) yang berarti “Mobil mengendarai Fatimah”. Untuk membedakannya, seorang pembaca (ustadz dalam kasus ini) harus memastikan baris untuk masing-masing kata Fatimah (فاطمة) dan sayyarah (سيارة). Persoalan ini akan semakin serius bila dikaitkan dengan timbangan (perubahan bentuk) suatu kata kerja dan noun, yang dikenal dengan istilah ilmu sarf dalam Bahasa Arab.

Selama beberapa tahun terakhir, saya mengamati banyak sekali penceramah di Indonesia – terutama mereka yang tidak memiliki latar belakang pendidikan ponpes atau tidak pernah belajar di Timur Tengah – sering melakukan kesalahan membaca teks. Dan sialnya, mereka tidak tahu telah/sedang melakukan kesalahan, sehingga kesalahannya menjadi "kesalahan ganda".

Tapi, biar fair, beberapa penceramah yang pernah mengecap pendidikan di Ponpes dan/atau di Timur Tengah sekalipun (Mesir, Saudi, Yaman dll), tetap saja kadang masih melakukan kesalahan baca.

Saya pernah secara khusus mendengarkan sejumlah rekaman ceramah Zainuddin MZ, dan saya berkesimpulan bahwa Zainuddin MZ (alm) merupakan salah satu penceramah publik, yang nyaris tidak pernah salah baca secara gramatikal setiap kali mengutip ayat, hadits atau ungkapan Arab. Meskipun Zainuddin MZ tidak pernah kuliah di Timur Tengah, dan hanya lulusan IAIN Jakarta, jurusan Bahasa Arab.

Contoh lain, di akhir khutbah pertama Jumat, sebelum duduk di antara dua khutrbah, khatib umumnya membaca kalimat doa ini:

(بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمِا فِيْهِ  مِنَ الآَيَاتِ والذِّكْرِالحَكِيْمٍ، وتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَه إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline