Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

Perlu Super Tega untuk Menjadi Seorang Dirut PT Freeport

Diperbarui: 20 Januari 2016   12:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://ptfi.co.id/id dan http://ptfi.co.id/id/media/photo-gallery/kegiatan-operasi"][/caption]

Dalam bayangan saya, seorang yang duduk di kursi Dirut PT Freeport Indonesia (selanjunya disingkat Freeport saja), mungkin harus punya mental super tega. Sebab untuk perusahaan kecil bernilai miliaran rupiah saja, dirutnya sering terpaksa berlaku tega.

Setidaknya ada sepuluh variabel, yang saya bayangkan akan memaksa seorang Dirut Freeport untuk berlaku super tega:

1.     Freeport adalah salah satu perusahaan tambang emas paling besar dalam skala global, yang produksinya tidak bisa dikontrol secara penuh oleh pemerintah Indonesia.

Maka kalau saya Dirut Freeport, saya harus selalu siap berargumentasi untuk menghindari pembangunan semua jenis mekanisme dan instrumen, yang dapat mengontol jumlah produksi emas. Setiap tahun harus mengelola secara cantik antara laporan resmi di atas kertas dan laporan produksi riil perusahaan.

2.     Perbandingan persantese saham antara Pemerintah Indonesia vs pemilik Freeport, yang tidak masuk akal (makanya saya benci menulis angkanya, bikin sakit hati).

Dengan argumen hukum, historis, dan reinvestasi, Dirut Freeport harus berusaha lewat berbagai cara untuk mempertahankan agar persentase saham Pemerintah Indoensia tidak diganggu gugat. Bila ada yang coba mengubahnya, sesekali saya harus mengancam akan menempuh arbitrase, atau menyogok sana-sini agar pejabat terkait dapat diajak “bekerja sama”.

3.     Freeport telah-sedang-akan melakukan akumulasi keuntungan yang mungkin bernilai miliaran dolar, setelah berpuluh-puluh tahun berproduksi.

Kalau saya Dirut Freeport, harus senantiasa tega menutupi akumulasi keuntungan tersebut, itu pun kalau saya tahu angka pastinya.

4.     Freeport sekali lagi adalah salah satu perusahaan tambang emas paling besar dalam skala global, yang produksinya tidak bisa dikontrol secara penuh oleh publik Indonesia.

Saya harus berjibaku agar publik Indonesia tidak boleh tahu misalnya berapa unit kapal dan berapa kapasitas kapal-kapal itu, yang mengangkut bahan-bahan galian “setengah jadi” ke keluar negeri, untuk diolah menjadi emas di suatu tempat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline