Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

Teror Sarinah Thamrin: From Now On, Should Be Always On Red-Alert

Diperbarui: 15 Januari 2016   20:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Syarifuddin Abdullah | Jumat, 15 Januari 2016

Teror Sarinah Thamrin Jakarta pada 14 Januari 2016 adalah gaya dan duplikat Teror Paris secara par excellence. Dengan jumlah pelaku terbatas, dilengkapi senjata dan granat, dipasangi bom rompi, bergerak ke sasaran dengan niat mati syahid, tidak berniat kembali lagi ke rumah, dan karena itu tidak memerlukan alternatif escape.

Perbeaannya hanya pada kualitas serangan dan koordinasi antara eksekutor. Dan kalau benar jumlah penyerangnya yang terlibat langsung hanya tujuh orang, Teror Paris 13 Nopember 2015 juga dilakukan tujuh pelaku langsung. So, era baru ancaman teror telah di depan mata.

Ada dua faktor utama, yang melatarbelakangi kesimpulan bahwa – mulai sekarang dan seterusnya – setiap saat aksi teror dapat terjadi kapan saja di mana saja di Indonesia.

Pertama, stok combatan yang siap tempur

Banyak versi tentang jumlah warga Indonesia yang telah pergi ke Irak/Suriah. Tapi semua lembaga resmi ataupun non resmi, mengamini jumlah yang tidak kurang dari 500 (lima ratus) orang. Sebagian dari jumlah itu sudah kembali ke Indonesia.

Selain itu, banyak combatan Indonesia yang ingin pergi ke Suriah atau Irak, tapi gagal karena faktor dana atau ketatnya administrasi perjalanan, atau tertangkap di luar negeri lalu dideportasi ke Indonesia, sebelum berhasil masuk ke Suriah/Irak. Mereka inilah yang diperkirakan memiliki animo lebih besar untuk menjadi pelaku teror secara langsung.

Dan sekali lagi, karena jumlahnya tidak bisa dipastikan, maka tingkat atau potensi ancamannya lebih mengerikan.

Kedua, melaksanakan sabda khalifah

Seperti diketahui, Abu Bakar Al-Baghdady, Amir IS, sejak 2015 telah memerintahkan semua loyalisnya, di manapun di belahan bumi ini, bahwa untuk melakukan teror tidak harus datang ke Irak atau Suriah. Silahkan melakukannya di negara masing-masing.

Artinya, stok combatan WNI yang banyak itu, yang gagal berangkat ke Suriah dan Irak itu, telah memiliki semacam alasan syar’i (baca: justifikasi ketaatan) untuk melakukan teror di Indonesia, tanpa harus berepot-repot berusaha pergi ke Suriah atau Irak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline