Sebagai orang dewasa, saya sirik banget mendengar anak remaja berumur 15 yang bernama Naufal Raziq berhasil membuat pembangkit listrik. Tambahan lagi, pembangkit listrik yang dibuat cukup sensasional yakni pembangkit listrik pohon kedondong. Yang saya ketahui buah kedondong sangat enak dibuat rujak, tak terpikirkan sama sekali oleh saya bahwa pohon kedondong dapat menghasilkan listrik!
Konon listrik yang dihasikan oleh kedondong power plan ini berhasil menerangi sekitar 60 rumah.
Gegara ada anak remaja berhasil membangkitkan listrik dengan pohon kedondong, sayapun jadi latah buat pembangkit listrik tenaga jeruk nipis. Iya betul, saya gak mau kalah, kalau anak kecil itu menghasilkan listrik dari kedondong, mengapa saya tidak bisa buat listrik dari buah lain, misalya jeruk nipis?. Hasilnya dapat anda lihat pada foto di atas. Dengan 4 buah jeruk nipis saya berusaha menyalakan lampu kecil LED. Ternyata saya berhasil!! Memang saya berhasil membuat lampu LED kecil itu berpijar, tetapi nyalanya reduuuup banget. Mungkin pembaca berkata, itu mah hoax buktinya pada foto terlihat lampu LED itu padam. Itu bukan hoax, Sesunguhnya lampu LED itu berhasil menyala, tetapi sangat redup, makanya ketika difoto terlihat tidak menyala.
Bagaimana saya tidak sirik dengan Naufal Raziq, untuk menyakan LED kecil dengan daya 0,005 watt saja, listrik jeruk nipis buatan saya hanya menyala redup. Dibandingkan dengan listrik pohon kedondong yang mempunyai daya lebih dari 100 watt! Selain jeruk nipis, buah-buahan lain juga bisa menghasilkan listrik misalnya tomat, kentang dan lain-lain.
Listrik jeruk nipis yang saya buat bukanlah penemuan baru, fenomena telah ditemukan oleh orang italia yang bernama Volta tahun 1800an. Bila dua buah logam yang berbeda jenis dicelupkan dalam larutan asam, maka akan menghasilkan tegangan listrik. Karena itu saya tusuk jeruk nipis dua logam yang berbeda jenis, yakni besi dan tembaga. Sebagai logam besi saya gunakan paku, sedang logam tembaga saya gunakan kawat tembaga. Jeruk nipis yang ditusuk oleh batang besi(paku) dan kawat tembaga akan menjadi sumber listrik seperti baterai. Batang tembaga akan menjadi kutub positif (katoda) dan batang besi akan menjadi kutub negatif (anoda). Saya mengukur tegangan yang dihasilkan oleh baterai jeruk nipis ini sebesar 0,9 Volt. Kita, menggunakan satuan Volt untuk mengukur tegangan listrik, demi untuk menghormati Volta sebagai orang yang pertama kali menemukan fenomena ini.
Sebuah baterai jeruk nipis (elektroda besi dan tembaga) hanya mempunyai tegangan 0,9 Volt, terlalu kecil untuk dapat menyalakan sebuah lampu LED yang mempunyai ambang menyala 1,7 Volt, karena itu saya menggabungkan 4 buah baterai jeruk nipis dalam hubungan seri menggunakan jepitan buaya (aligator clip). Tegangan yang dihasilkan 0,9x4 = 3,6 Volt, secara teoritis cukup besar untuk menyalakan sebuah lampu LED kecil.
Sungguh mengecewakan, listrik jeruk dengan tegangan 3,6 volt seharusnya mampu membuat lampu LED menyala terang!. Ternyata tegangan baterai jeruk nipis langsung drop ketika dihubungkan dengan lampu. Akibatnya,.... ya itu tadi, lampu menyala redup!! Apa gerangan yang terjadi? Rupa-rupanya menurut teori pada kawat tembaga terbentuklah gas Hidrogen (H2), tembaga sebagai katoda memacarkan elektron dalan cairan jeruk, lalu elektron-elektron tadi ditangkap ion H+ maka terjadilah gas tadi. Gas yang terbentuk menyelubungi kawat tembaga, aliran listrik sangat dihambat oleh terbentuknya gas Hidrogen. Itulah sebabnya tegangan menjadi drop ketika dipasang lampu. Efek yang merugikan ini disebut polarisasi. Singkatnya baterai jeruk nipis ini terhalang oleh "provokator", yakni terbentuknya gas hidrogen H2 sehingga tegangan drop ketika dibebani lampu. Untuk jelasnya silahkan lihat video berikut:
Baterai Volta dengan larutan asam tidak praktis untuk digunakan. Kalau kita ingin baterai volta menjadi berdaya guna, kita harus bekerja keras mencarikan agen pencegah polarisasi (depolarisator). Misalnya Daniell (1836) menggunakan larutan garam tembaga sulfat sebagai agen depolarisasi. Leclanche(1866) menggunakan mangan oksida sebagai agen depolarisasi. Sampai hari ini kita masih menggunakan beterai Leclanche untuk lampu senter, jam dinding, remote pesawat TV dan lain-lain
Usaha telah dilakukan agar listrik pohon kedondong dapat menghasilkan arus yang besar dengan memperluas permukaan elektroda dan membuat jarak kedua elektroda sangat dekat, hanya dipisahkan oleh selembar kain(separator). Lihat videonya disini: