Lihat ke Halaman Asli

Sabda Hartono

hobbyist elektronika

[Jokowi]Kami Pelaut Pemberani

Diperbarui: 18 Desember 2015   00:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kapal Phinisi"][/caption]

Kami Pelaut Phinisi yang Pemberani, pak Jokowi Nahkoda kami
Kami berani menempuh luasnya samudra keputusasaan
untuk mencapai pelabuhan cita-cita
Kami duduk-duduk dengan nyaman
pak Jokowi lurus memegang kemudi
Kami tahu siapa Nahkoda kami dan angin baik ada di pihak kami
Angin baik mendorong layar, kapal kami maju membelah samudra.

Kami pelaut pemberani, tak ada yang dapat menghalangi kami.
Badai jahat dapat menghalangi kami, katamu?
Hai, badai Jahat ini dada kami, mana dadamu?
Bila kau mendatangi kami, kami akan gulung layar
Sebab kami tahu badai pasti berlalu.

Kami pelaut pemberani, tak ada yang dapat menghalangi kami
Ombak mengulung dapat menenggelamkan kami, katamu?
Hai, ombak jahat ini dada kami, mana dadamu?
Kalau ombak pecah, hingga air memenuhi kapal
Ditangan kami telah tersedia ember untuk buang air ke laut
Kamu tak mampu menenggelamkan kami bukan?

Kami pelaut pemberani, tak ada yang dapat menghalangi kami
Kami hendak berlayar ke barat, angin jahat menghempaskan kami ke timur, katamu?
Hai angin jahat, ini dada kami, mana dadamu?
Kami akan datang menghadapimu atas nama kebenaran
Sekalipun kamu hendak menghempaskan kami ke timur
Kami tetap berlayar ke barat.
Kami akan menari-nari menghadapimu
Kami berlayar, miring kekiri, miring kekanan
Engkau hendak menggulingkan kami kekiri, kami pergi ke tepi kanan kapal
Engkau hendak mengulingkan kami ke kanan, kami pergi ke tepi kiri kapal
Kami hendak ke barat, kamu tak mampu menghempaskan kami ketimur bukan?

Kami rela melakukan itu, karena Nahkoda lurus memegang kemudi.
Mengikuti petunjuk bintang-bintang di langit, mengikuti arah jarum kompas dan peta
Wahai nahkoda, ingatlah bintang-bintang itu, peta dan kompas
Arahkan haluan ke tujuan!
Supaya kami selamat sampai di pelabuhan cita-cita!

Tapi tunggu dulu, bukankah kita pelaut pemberani?
Mengapa kita bersikap seolah-olah pelaut pecundang?
Kita sibuk dengan urusan kita masing-masing?
Ayo singsingkan lengan baju!
Sekali layar berkembang, surut kita berpantang!
Arungi samudra keputusasaan!
Nanti akan nampak cahaya suar, pelabuhan cita-cita!

Sumber gambar: http://boatbuildingindonesia.com



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline