Lihat ke Halaman Asli

Pengamanan IT Pemilu, Apa Kabarmu?

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1392376789510114534

[caption id="attachment_295477" align="aligncenter" width="452" caption="Demo peralatan e-voting KPU (Foto: kpu.go.id/)"][/caption]

Kita tentu masih ingat peristiwa bobolnya situs Komisi Pemilihan Umum (KPU) pusat 10 tahun silam. Kala itu, Sabtu, 17 April 2004ketika perhatian publik masih tertuju kepada proses penghitungan suara hasil Pemilu Legislatif, situsTabulasi Nasional Pemilu 2004 KPU yang beralamat http://tpn.kpu.go.id tiba-tiba diserang seorang yang kemudian diketahui bernama Dani Firmansyah, 25 tahun asal Kebumen, Jawa Tengah. Ia saat itu sedang menyelesaikan Skripsi S-1 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam aksinya, Dani Firmansyah mengubah nama-nama partai politik di situs KPU tesebut menjadi nama-nama yang lucu-lucu. Modus operandi yang dilakukan Dani Firmansyah dengan cara XSS (Cross Site Scripting) dan SQL Injection. Tanggal 22 April 2004, Dani Firmansyah yang pernah berprofesi sebagai konsultan teknologi informasi PT Danareksa dengan gaji Rp 20 juta/bulan ditangkap polisi di Yogyakarta.

Sesuai surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, Dani dijerat dengan dakwaan berlapis. Yakni, melakukan tindak pidana yang melanggar pasal 22 huruf a, b, c, pasal 38 dan pasal 50 UU Telekomunikasi (UU No. 36 Tahun 1999). Ancaman itu barangkali tidak akan membuat para peretas situs kecut. Dani sendiri ketika berada dalam tahanan di Cipinang masih bisa berkilah, bahwa dirinya hanya mau membuktikan bahwa peralatan IT KPU yang berharga miliaran itu ternyata tidak secure.

Itu kisah “Dani” 10 tahun lalu. Dani-Dani jaman kini tentu sudah jauh lebih canggih. Apalagi mereka kini sedang “termotivasi kisah sukses” Edward Snowden si pembocor rahasia Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA). Belum lagi ditambah “spirit” nasionalisme balas dendam terkait kabar bahwa intelijen Australia menyadap komunikasi SBY serta sejumlah pejabat seniornya, termasuk Ibu Negara, Ani Yudhoyono.

Kekhawatiran tentang tidak secure-nya system IT pemilu KPU tahun ini masih terus menghantau kita. Sinyalemen itu diungkapkan pengamat Inteljen (UI) Andi Wajayanto awal pekan ini. Andi bahkan mencium indikasi upaya melakukan kecurangan dengan memainkanIT KPU tersebut.

“Kalau kemudian katakan anda suatu lembaga atau bahkan yang punya kemampuan seperti Lemsaneg (Lembaga Sandhi Negara),Itu mudah dibobol,” Kata Andi yang mengaku sengaja mengungkap potensi adanya kecurangan dan pencurian suara dengan memanfaatkan kelemahan IT agar mereka, atau pihak yang punya rencana tersebut mengetahui bahwa ada pihak memantau dan mengawasinya.

Jika kondisi ini tidak diatasi, sangat mungkin terjadi kecurangan dalam perhitungan suara hasil pemilihan umum, pemilihan anggota legislatif (PILEG)maupun pemilihan presiden (PILPRES).

”Jadi ini sifatnya bagian dari upaya mencegah. Harapan kami tidak terjadi pencuriansuara,karena calon pelaku mengetahui ada pemantauan atau diawasi” ujarnya.

Pelaksanaan Pemilu tinggal dua bulan lagi. Sementara KPU hingga kini belum membentuk konsorsium pengamanan data pascapembatalan MoU dengan Lemsaneg untuk mengamankan iT pemilu. Di pihak lain, belum ada upaya signifikan untuk mensiasati perolean suara dengan cara curang.

Semoga dalam waktu yang relatif singkat ini, segera ada langkah-langkah nyata dari para stakeholder Pemilu untuk mengawal pelaksanaan Pemilu khususnya dari upaya curang para peserta Pemilu yang bisa saja melibatkan tangan-tangan jahil para hacker memanfaatkan kelemahan IT Pemilu untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline