Lihat ke Halaman Asli

"Selalu Masih Ada Hari Baru"

Diperbarui: 5 Juni 2019   21:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Perlahan matahari mulai merunduk di ufuk barat seolah hendak undur dari hadapan bumi. Langitpun mulai memerah jingga hingga menggelap kelam. Tubuhku seperti peka dengan terjadinya perubahan hawa alam yang berangsur lembab. 

Kakiku sudah mulai enggan untuk melangkah jauh dari tempatku nanti berbaring.  Tanganku mulai lunglai dan mata mulai lelah menatap. Pikiranku mulai menyusuri jalan angan menuju mimpi. Tapi aku masih sadar bahwa perjalanan hidupku belumlah usai.

Kepada jiwaku Dia selalu berbisik bahwa masih tersedia bagiku yang namanya 'hari esok' sampai nantinya 'hari akhir'. Itulah janji-Nya yang diucapkan Sang Anak di saat akan beranjak kepada kemuliaan-Nya. Ya...Dia telah naik ke sana. Dan di sini aku menantikan Dia kembali sembari ku membenahi hidupku dengan segala yang baik dari-Nya.

Semilir angin malam kemudian menepiskan keraguanku untuk terpejam, dan aku pun ingin segera lelap di dalam tidur. Kupegang janji-Nya itu dan kusandarkan pada doa malamku. Aku juga mengingatmu dan juga yang lainnya. Aku pun membawamu dalam mohonku pada-Nya.

Tenanglah hai jiwaku malam ini. Berbaringlah hai tubuhku dalam pangkuan malam. Tuhan... kubaringkan diriku dalam naungan lindungan-Mu malam ini. 

Cakung ~~ 5 Juni 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline