Batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia juga memiliki keterkaitan yang erat dengan Urang Baduy. Meskipun di Baduy tidak terdapat budaya tulis, tetapi urang Baduy tetap menggunakan batik sebagai bagian dari identitas mereka, khususnya bagi Baduy Luar (Panamping).
Kaum pria Urang Baduy Luar menggunakan batik sebagai ikat kepala, sementara kaum perempuan menggunakannya sebagai kain bawahan (samping) dan untuk menggendong sesuatu saat bepergian (pangais).
Saat ini, berbagai motif batik telah digunakan oleh Urang Baduy, dengan warna yang disesuaikan seperti biru dan hitam. Namun demikian, Baduy tetap memiliki batik yang dianggap khas. Salah satu motif batik yang khas dari Baduy adalah motif batik hariang.
Bagi Urang Baduy, hariang memiliki makna sakral, yang dalam bahasa lokal diartikan sebagai hiang/guriang. Oleh karena itu, batik hariang dianggap sebagai corak batik yang sakral dan memiliki kekhususan. Motif ini juga mengandung makna filosofis yang mendalam, seperti kesatuan dengan alam, siklus kehidupan, serta pesan moral yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Secara ilmiah, asal-usul batik hariang belum dapat dipastikan. Ketika tim Saba Baduy melakukan kajian lebih lanjut mengenai sejarah batik hariang, tidak ditemukan informasi yang jelas mengenai bagaimana Urang Baduy menerima dan mengakui batik hariang sebagai batik khas Baduy, mengingat tidak adanya budaya tulis dan minimnya keterkaitan langsung dengan tradisi membatik.
Namun, penerimaan batik hariang di tengah masyarakat Baduy menunjukkan bahwa batik ini telah menjadi bagian dari identitas budaya Urang Baduy yang sakral dan kaya akan nilai filosofis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H