YOGYAKARTA - Salah satu kawasan wisata di Yogyakarta yang tidak pernah sepi pengunjung adalah Malioboro. Menjadi destinasi wajib bagi para wisatawan karena di Malioboro akan banyak ditemukan penjual berbagai produk seperti oleh-oleh khas Jogja dan pedagang keliling lainnya. Panas teriknya matahari tidak menghalangi semangat para pekerja ataupun pedagang di kawasan Malioboro. Salah satunya seorang laki-laki paruh baya yang berusia 54 tahun berjalan sendirian menyusuri trotoar Malioboro. Sambil menyanyikan sebuah lagu dengan instrumen pendukung yang dibawa seperti mic dan speaker. Beliau adalah Pak Paidin. Meskipun memiliki keterbatasan penglihatan Pak Paidin tetap semangat untuk mencari rezeki dengan menjadi pengamen di kawasan Malioboro, Senin (27/11/2023).
Berjalan sendirian menerjang ramainya kawasan Malioboro setiap hari dijalaninya demi terkumpulnya rupiah. Banyaknya wisatawan yang berlalu-lalang belum tentu ingin memberikan sedikit rezekinya untuk Pak Paidin. Meskipun demikian Pak Paidin tetap berusaha dan tidak merasa khawatir karena yakin kalau rezekinya sudah diatur. Beliau menjelaskan bahwa setiap harinya berangkat ke Malioboro mulai pukul 9 pagi lalu di siang hari Ia pulang ke kosnya dan kembali lagi ke Malioboro pukul 4 sore.
"Saya asalnya dari Magelang terus jadi pengamen ini sudah sejak Februari kemarin" ujarnya dalam sebuah wawancara. Pak Paidin hidup dengan anaknya tinggal di sebuah kos di Jogja. Rupanya beliau mengamen tidak hanya untuk kebutuhan sehari-harinya, tetapi juga untuk membiayai sekolah anak terakhirnya yang duduk di bangku kelas 2 SMP.
Beruntung dengan adanya teknologi zaman sekarang yang sangat memudahkan penyandang disabilitas untuk dapat menggunakan handphone seperti Pak Paidin yang dapat mengoperasikan handphone dengan mudah. Pak Paidin menjelaskan ketika akan berangkat maupun pulang dari mengamen selalu menggunakan jasa ojek online. Handphone yang dimilikinya sudah mendukung keterbatasannya dengan penggunaan fitur suara. Dengan begitu sangat memudahkan Pak Paidin ketika akan bepergian.
Pak Paidin sudah sejak lahir mempunyai keterbatasan penglihatan atau tuna netra. Tetapi walaupun beliau memiliki keterbatasan fisik tidak membuatnya patah semangat dan bermalas-malasan. Hal tersebut dibuktikan dengan beliau dapat membiayai dan menghidupi keluarganya. Dengan tekad dan semangatnya yang kuat beliau mampu bertahan sampai saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H