Lihat ke Halaman Asli

Apakah Isu ISIS Penyeimbang Isu Gaza-Israel?

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Isu ISIS akhirnya benar-benar sukses mengalihkan sedikit perhatian kita terhadap bombardir Israel terhadap Gaza. Pemerintah akhirnya juga mengeluarkan 'fatwa' larangan organisasi itu di Indonesia. Seorang Edward Snowden, mantan pegawai Badan Keamanan Amerika (NSA) telah merilis laporan yang menyebut ISIS atau Islamic State of Iraq and Syiria adalah bentukan intelijen AS, Inggris dan Israel. Tujuannya menghimpun kalangan Islam ekstrim. Jadi tegas bukan bentukan umat Islam Rahmatan Lil Alamin.

Adanya tindakan teror ISIS terhadap kaum Nasrani di Iraq dan Syiria itu juga sukses menyulut rasa solidaritas kaum Nasrani di Indonesia. Ini dilakukan setidaknya dengan cara memasang gambar "Nun" di DP media-media sosial mereka seperti facebook, BBM, twitter, dll.

Apakah benar isu ISIS ini terkesan memang sengaja dibesar-besarkan oleh media di Indonesia? Tujuannya untuk mengalihkan isu Israel yang menggempur Gaza? Jawabnya bisa iya, bisa tidak. Tapi melihat laporan sejumlah media nasional yang memang membelow-up habis pemberitaan soal ISIS hingga berujung tindakan tegas dari Pemerintah, sepertinya asumsi ini ada benarnya. Setidaknya bisa jadi ini sebagai 'penyeimbang' isu soal Gaza yang mampu menyulut solidaritas muslim di dunia, termasuk Indonesia. Bahkan non muslim pun tergugah rasa solidaritasnya terhadap insiden kemanusiaan terbesar belakangan di Gaza itu.

Tapi tindakan Pemerintah Indonesia yang seperti kebakaran jenggot dengan adanya isu ISIS yang sudah masuk ke Indonesia ini, hanyalah tindakan terlambat. Gerakan serupa yang jelas-jelas memakan korban jiwa di Papua oleh OPM, dan RMS di Maluku, Pemerintah masih saja adem ayem. Tegas mempersilakan anggota ISIS keluar dari negara ini, tak pernah terdengar seirama menyatakan itu kepada para anggota RMS dan OPM. Padahal baru-baru ini, misalnya, seorang anggota Kepolisian jadi korban kelompok separatis di Papua.

Pemerintah yang akan datang nantinya harus bisa tegas dengan gerakan-gerakan separatis dan kelompok yang menolak pluralisme di Negara ini. Indonesia lahir dan merdeka dengan satu tekad, berbeda untuk bersatu. Berbeda itu pasti, tapi Persatuan dalam NKRI itu harga mati! Wallahualam. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline