Lihat ke Halaman Asli

Satto Raji

Freelance Worker for Photograpy, Content Writer, Sosial Media,

Menganalisis Kualitas Pertalite Lewat Pemakaian Pribadi

Diperbarui: 29 September 2022   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: BBM Subsidi Pertalite. Pertamina buka suara soal isu Pertalite jadi lebih boros sejak harga naik. (Foto: KOMPAS.com/STANLY RAVEL) 

Siapa yang gak kaget ketika tiba-tiba harga BBM khususnya Pertalite naik jadi 10 ribu rupiah?

Sebenarnya tidak tiba-tiba, sudah ada tanda atau vibe kenaikan BBM, tapi tetap saja begitu terjadi, jantung ini berasa dueegg.., nafas agak berat sampai akhirnya pasrah, ya mau gimana lagi, sudah keputusan penguasa.

Saya gak mau menghabiskan energi untuk protes, karena sepanjang pengalaman saya hidup di NKRI, sekeras apapun kita menolak, kemungkinan kecil BBM akan diturunkan.

Pun saya gak mau jadi pembela penguasa yang cari-cari informasi kenapa BBM harus naik, yang konon katanya harga BBM kita murah dibanding negara lain. Mending jalanin sajalah.

Justru yang menarik perhatian saya adalah, ketika netizen beramai-ramai mempertanyakan kualitas Pertalite yang diyakini menurun. Apakah benar menurun? 

Banyak yang curiga apakah karena warna yang berubah, mempengaruhi kualitas BBM "kebanggaan" rakyat Indonesia ini?

Menurut pakar mesin ITB, bahwa warna tidak mempengaruhi kualitas. Pertamina juga membantah bahwa ada perubahan spesifikasi Pertalite paska kenaikan harga.

Penurunan kualitas harus dites melalui laboratorium, tidak bisa secara subjektif atau perasaan saja.

Lalu apa yang terjadi? Apakah ini hanya perubahan kebiasaan pengguna Pertalite? 

Banyak pengguna Pertalite yang merespons, "Biasanya bisa sampai satu minggu, ini baru 4-5 hari sudah harus isi kembali".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline