Lihat ke Halaman Asli

Satto Raji

Freelance Worker for Photography, Content Writer, Sosial Media,

Messi dan Misi Argentina; Saatnya Jadi Juara di Coppa America 2016

Diperbarui: 21 Juni 2016   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Messi dan Argentina Asa Juara Coppa America. -foto dari berbagai sumber diolah digital oleh penulis-

Saya tidak pernah tahu kapan mulai  jatuh cinta dengan Timnas Argentina. Yang saya ingat adalah aksi Diego Armando Maradona bersama argentina saat menjadi juara dunia ditahun 1986, ketika itu saya masih berusia 6 tahun. Dan setelah itu Argentina tidak pernah lagi jadi juara dunia sampai saat ini.

Selepas tahun 1986, Brasil selalu menjadi idola di Amerika Selatan. Bahkan Argentina hanya bisa dua kali menjadi juara Copa Amerika di tahun 1991 dan 1993, bandingkan dengan Brasil yang mengoleksi 5 juara Copa Amerika. Terkahir di tahun 2007. Sedihnya Argentina hanya bisa jadi runner-up saat Brasil menjadi juara.

 

Tapi saya tidak pernah berpaling dari Argentina ke Brasil, walau konon nama pemberian orang tua untuk saya adalah karena kecintaannya pada salah satu sosok pemain Brasil di era tahun 1980. Tapi sekali lagi saya tekankan, untuk sepakbola, Argentina adalah cinta kedua saya. Sedangkan cinta pertama saya hanya untuk Indonesia.

Saya selalu mengikuti perkembangan para pemain Argentina, Kalau boleh jujur dari tahun ke tahun Argentina selalu punya komposisi pemain yang di atas rata-rata. Tapi entah kenapa prestasi mereka tidak secemerlang Brasil, walau dalam 2-3 tahun kebelakang Brasil pun juga sedang mengalami kemunduran. Semoga ini bukan tuah dari nama Argentina yang berarti Perak, yang bisa diasumsikan nomer dua setelah emas. Tapi setelah Brasil tersingkir saat fase group di Copa America 2016,membuat asa saya setinggi langit untuk Argentina agar juara.

Setelah era Maradona, saya banyak mengagumi pemain dari negeri tango ini. Sebut saja di barisan belakang dan tengah ada Javier Zanetti, Juan Sebastian Veron, Mascherano dan Angle di Maria. Di posisi striker siapa yang tidak kenal Claudio Caniggia, Claudio Lopez, Hernan Crespo, Gabriel Batistuta sampai Lionel Messi.

Untuk nama terakhir yang saya sebut merupakan sosok pemain yang tidak hanya luar biasa tapi juga loyal dan sosok yang tidak pantang menyerah. Garis hidupnya di dunia sepakbola hampir sama dengan legenda Manchester United Ryan Gigs.

Sama-sama di temukan oleh pencari bakat dan diajak bergabung diklub besar pada umur 13 tahun. Lalu di umur 17 tahun sudah di beri kepercayaan bermain regular di tim inti klub masing-masing. Bedanya, Gigs di Manchester United sementara Messi di Barcelona.

Yang membedakannya lagi adalah, saat Messi harus berjuang dengan kendala pertumbuhan fisik yang tidak seperti anak-anak pada umumnya. Yuuppss Messi di diagnosis mengidap deferesiansi hormon (kekurangan hormon pertumbuhan). Dan Messi terancam tak bisa tumbuh dengan normal.

Orang tuanya yang bekerja sebagai pekerja kelas rendah sudah hampir putus asa ketika harus terus menjalani suntik hormon untuk Messi.  Sedikit demi sedikit uang tabungan terkuras dan barang-barang di rumah di jual untuk anak kesayangan mereka.

Messi yang tidak mengetahui hal tersebut tetap terus bermain bola dengan tekun. Kecintaan pada sikulit bundar disalurkan melalui tim yunior Newels Old Boys. Posturnya yang kecil tapi lincah dan gesit selalu menjadi perhatian semua orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline