13 Januari 2015 tepat Hari ke 3, Datsun Risers Expedition Kalimantan etape 1 berlangsung. Para risers, road captain, media dan tim pendukung lainnya sudah berada di Kecamatan Tanjung Redeb yang menjadi kota kabupaten Berau dari malam sebelumnya. Kami semua bermalam di Cantika Hotel yang kurang lebih berjarak 15 menit dari dermaga Tanjung Redeb.
Jam 09.00 pagi kami sudah siap untuk menuju pulau Derawan melalui dermaga Tanjung Redeb. Sejak awal tiba dermaga ini saya sudah terkesima. Sebenarnya Dermaga Tanjung Redeb cukup sederhana, tidak ada bangunan bahkan atap pelindung panas atau hujan, yang ada hanya pembatas beton antara sungai dan jalan dan tangga untuk melompat naik keatas perahu boat.
[caption caption="Sekumpulan tug boat di sungai kelay"][/caption]
Yang bikin saya kagum adalah sungai Kelay yang membelah Kabupaten Berau. Sungainya besar dan sangat lebar khas Kalimantan. Dengan aliran sungai yang terlihat tenang dipermukaan saya yakin arus bawahnya cukup kuat, Menurut beberapa sumber kedalam sungai kelay antara 5-30 meter dengan lebar sungai kurang lebih 100meter Setidaknya itu bisa menjawaba pertanyaan saya saat menyaksikan banyak kapal-kapal tug boat hilir mudik.
Sungai Mahakam sepanjang 920km dan bermuara di selat Makassar bukan tandingan bagi sungai kelay yang panjangnya hanya 254km. Ada dua sungai yang melewati Tanjung Redeb yaitu Sungai Kelay dan Sungai Segah Pertemuan kedua sungai ini dinamakan sungai Berau, nah sungai Berau sepanjang 292km inilah yang nantinya akan bermuara di laut Sulawesi dan langsung membawa kami para risers ke perairan laut lepas menuju gugusan kepulauan Derawan.
Sangat tidak bisa dibayangkan, sungai sebesar Kelay dan Segah di penghujung akhir tahun 2015 di penuhi ribuan ikan yang tiba-tiba mati dan mengambang di permukaan air. Berawal dari hulu sungai Segah air sungai berubah menjadi biru-kehijauan disusul matinya ribuan ikan, gabus, kakap, patin, nila dan bermacam spesies ikan lainnya. Banyak yang berspekulasi ini karena letak geografis Kabupaten Berau yang di kelilingi oleh kegiatan pertambangan dan perkebunan sawit yang akhirnya mencemari perairan.
Keinginan saya untuk merekam geliat sungai Kelay dan Berau baru terlaksana saat perjalan kembali dari pulau kakaban pada hari ke 4. Saat itu dimana para risers beristirahat karena stamina yang terkuras setelah beraktifitas di pulau Kakaban, saya berhasil naik keatas kapal boat untuk mendapat angle yang lebih luas.
Sungai yang menjadi denyut nadi perekonomian warga ini, memberikan saya pengetahuan baru tentang sungai di Kalimantan khususnya sungai Kelay dan sungai Berau yang kami lewati.
[caption caption="Bersama admin Kompasiana yang misterius ini saya menikmati sungai Kelay di atas perahu boat yang melaju cepat. Saya baru tahu fungsi menggunakan masker diseluruh wajah adalah untuk menghalau sinar matahari dan memudahkan bernapas karena laju perahu yang sangat kencang"]
[/caption]
[caption caption="Perahu ini merupakan perahu penambang pasir, diperlukan dua perahu beriringan untuk membawa alat penyedot pasir dan pasir yang berhasil diambil"]
[/caption]
[caption caption="Ini adalah alat penyedot pasir. Alat inilah yang diapit oleh kapal untuk memudahkan saat akan berpindah lokasi"]
[/caption]