Lihat ke Halaman Asli

Satto Raji

Freelance Worker for Photography, Content Writer, Sosial Media,

"Terjebak" Film Hijab

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto http://instagram.com/filmhijab/

Baru 15 hari di tahun 2015, kembali dua film karya sineas Indonesia di launching dan bikin saya penasaran. Salah satunya Film Hijab Karya Hanung bersama Dapur Film. Entah kenapa saya selalu tertarik untuk melihat karya Hanung, Berawal dari Jomblo di tahun 2006, Get Married, Sang pencerah sampai film (?) yang banyak menuai kritik. Menurut saya Hanung selalu mencoba membuat karya yang berbeda sudut pandang tapi masih cukup ringan untuk di cerna. Berkesempatan menghadiri premiere Hijab di XXI Epicentrum kuningan merupakan sebuah kehormatan tersendiri. Merasakan aura premiere untuk yang kedua kalinya -sebelumya PTE- dalam waktu yang berdekatan membuat saya begitu antusias. Thanks To MAZAYA Cozmetic khususnya Ibu Erli. Sebelumnya Sudah ada beberapa film religi yang di produksi sineas Indonesia yang menjadi referensi saya, jadi saat memasuki studio 1 XXI Epicentrum saya sudah menyiapkan diri untuk di "ceramahi"atau diberikan wejangan dari film ini. Dan ternyata saya salah besar. Sungguh Sangat salah BESAR..!! 5 Menit film ini berjalan sudah membuat separuh penonton tersenyum bahkan tidak sedikit yang tertawa -khususnya cowo "peres" di depan bangku saya yang tertawa lebai sepanjang film-. Dan semakin jauh film ini berjalan semakin banyak komedi pintar ala Hanung yang muncul. Dan ini meyakinkan saya bahwa Hijab bukan lah film religi, walau ada muatan religi di dalamnya. Hijab adalah Film bergenre  Drama Komedi. Dan seperti film drama komedi garapan hanung lainnya, di film ini pun Hanung menyempatkan diri untuk jadi Cameo.

sumber foto http://instagram.com/filmhijab/

Sebuah film yang menggambarkan bahwa berhijab tidaklah sulit. Karena Inti dasar dari Hijab untuk menutupi aurat, bukan berarti yang berhijab adalah malaikat yang tanpa salah, bukan juga kita harus bersih dari dosa dulu baru yakin untuk berhijab. Begitu juga dengan 4 karakter wanita di film Hijab ini. Mereka punya alasan masing-masing untuk berhijab, dari yang masuk akal sampai alasan yang ada diluar akal. Semua dikemas dengan ringan dan menarik. Bahkan cenderung "menggampangkan". Tema Hijab hanya sebagai pembuka, di film ini konflik antar pemain terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari. tidak perlu berpikir keras untuk menikmati jalan cerita kita bisa dengan mudah mengikuti alur cerita film garapan Hanung ini. Dari tertawa, bersedih, menangis dan berpikir bisa kita nikmati dalam film Hijab. -saya sih tidak sempat menangis, hanya memerah-. Untuk sebagian pihak mungkin film ini secara tidak langsung dilihat sebagai film yang melecehkan, karena muatan religi di filmnya ini di kemas dengan cerdas sehingga bisa membuat orang tersenyum bahkan tertawa. Tapi jangan khawatir sekalipun kita tersenyum kita masih bisa mengambil nilai-nilai yang dimaksud. Menurut saya ini kelebihan dari film Hijab. Salah satunya terlihat pada penokohan Gamal yang digambarkan sebagai keturunan Arab yang taat dengan syariat islam. Dengan dialek khasnya Gamal selalu memberikan muatan islam dalam setiap kesempatan. Ajaibnya justru kita tidak merasa di ceramahi bahkan kita akan lebih sering tersenyum dan tertawa saat Gamal berbicara. Gamal Seperti seorang sahabat yang mengingatkan dengan ciri khasnya, bukan seperti seorang ustadz yang sedang berkhotbah.

sumber foto http://instagram.com/filmhijab/

Kisah persahabatan mereka di Film Hijab sungguh menginspirasi dan bisa bernilai banyak untuk siapapun yang melihat Film ini. Film yang begitu dekat dengan realita kehidupan kaum urban di perkotaan. Film yang menyadarkan kita bahwa semua harus dimulai dari kejujuran. Ini nilai besar yang bisa saya ambil dari film hijab. Tapi ada satu scene yang menurut saya tidak terlalu penting yaitu di saat 4 wanita ini ada dimobil sedang merayakan keberhasilan usaha mereka  dan 3 di antaranya berdiri di sunroof yang terbuka, terlau berlebihan sepertinya. Lalu scene Hodidjah sang fenomenal di dunia maya -untun saya jarang masuk ke dunia maya jadi jarang ngelihat dia-. Scene ini merusak mood saya setelah sepanjang film di sajikan komedi segar dan cerdas, ehhh malah balik lagi ke komedi jayus yang sisi kelucuannya hanya mengandalkan fisik saja. Catatan untuk semua; untuk para wanita yang berhijab atau belum berhijab, film ini secara tidak langsung akan memberikan pengalaman tersendiri, bahkan mungkin bisa jadi ada dari pengalaman kalian yang tersirat di film ini. Untuk para pria, jangan ragu buat nonton film ini sendiri -yang jomblo pasti dapat jodoh selesai bubaran bioskop- karena ini bisa jadi pembelajaran besar buat kalian. Entah buat kalian yang sudah menikah atau mau merencanakan menikah. Untuk kawan-kawanku Non Muslim, ini bukan film religi. Jadi jangan sungkan untuk hadir di bioskop, anda akan bisa mengetahui lebih dalam konflik yang di hadapi para wanita berhijab dan keluarganya tanpa harus berpikir keras untuk mencerna ini bukan film yang kental akan muatan agama. bahkan 3 dari pemeran utama wanitanya justru tidak menggunakan hijab pada kesehariannya. Dan Akhirnya selamat menikmati semoga tulisan saya tidak membocorkan garis besar dari cerita film Hijab. Dukung terus film Indonesia dengan datang langsung ke bioskop untuk film-film bermutu. Jadwal saya masih ada satu film lagi "Di Balik 98" besutan Lukman Sardi. Jangan lupa lihat juga riview saya untuk film Pendekar Tongkat Emas. Thank U sudah menyempatkan untuk membaca

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline