Lihat ke Halaman Asli

Sarwo Prasojo

TERVERIFIKASI

Jadikan Perkakas sebagai Kebutuhan

Diperbarui: 2 Januari 2019   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: rumahhokie.com

Memasuki musim hujan ini, tangga bambu yang tersimpan di samping rumah saya harus sering tidak di tempat. Tangga milik pribadi ini kadang menginap di rumah tetangga. Mereka meminjam untuk memperbaiki genting bocor atau hal lain seperti menebang pohon. Sebelum urusan kelar, tangga tradisional itu belum akan dipulangkan. Saat begini saya merasa perkakas yang saya miliki memberi manfaat bagi orang lain.

Tapi repotnya, giliran hendak butuh untuk keperluan sendiri, tangga bambu itu belum juga kembali. Saya harus mengingat-ingat siapa yang meminjam. Kadang, sebenarnya tangga itu sudah tak terpakai. Hanya tidak langsung dikembalikan. Saya harus mengambilnya dengan rasa berat hati. Dan lebih menyayat hati saat melihat tangga bambu itu bersandar pada pohon atau tempat lain dalam kondisi kehujanan.

Memiliki perkakas adalah suatu kebutuhan. Sewaktu-waktu kita menggunakannya untuk keperluan tertentu. Kita tidak tiap hari pakai tangga, misalnya, tapi sekali waktu pasti membutuhkan dan kita akan mencarinya. Tentu karena alasan tempat penyimpanan, tidak semua rumah memilikinya. Dan saya beruntung, masih ada tempat penyimpanan. Dengan begitu, kapan saja butuh dengan mudah mengambilnya. Saya tak perlu berepot-repot mendatangi tetangga yang barangkali punya.

Tangga bambu, ringan dan kuat. Foto: pribadi

Walaupun membutuhkan, belumlah cukup bagi seseorang untuk tergerak hatinya melengkapi rumahnya dengan berbagai jenis perkakas. Sebagai misal, orang yang punya mobil, motor, atau sepeda dengan harga jutaan tapi abai melengkapi dengan ketersediaan pompa angin manual sekalipun. Tak ayal, jika sewaktu-waktu ingin menambah angin ban, dengan enak pinjam ke orang lain. Maka tidak mengherankan jika orang yang secara materi dianggap mampu, tapi masih pinjam untuk hal ringan seperti itu, kerapkali menjadi cibiran tetangga.

Kita memang bukan tukang yang memang mencari uang dengan jasanya. Mereka dengan sendirinya mesti melengkapi kebutuhan untuk kerjanya. Sebagaimana tukang bangunan, tukang kayu, tukang listrik dan lainnya.

Karena kita punya perkakas, kita bisa mengerjakan pekerjaan kecil seperti mengganti satu dua keramik yang pecah. Atau menambal tembok yang pleternya rusak. Bukan saja hemat, tetapi tidak perlu menunggu tukang untuk melakukan itu. Karena belum tentu saat kita butuh, mereka bisa memenuhi permintaan kita. Selagi punya perkakas, kita bisa mencobanya. Kemudian jadi biasa.

Perkakas tukang bangunan itu sederhana. Kita sangat mungkin memiliknya karena harganya sangat terjangkau. Ada beberapa item yang biasa dipakai yaitu sendok pasir, penghalus plesteran, martil/palu, pahat dan meteran. Tentu masih ada lagi. Tapi intinya, harga perkakas itu murah. Kita bisa membelinya satu per satu. Ujungnya, tanpa terasa perkakas tukang bangunan yang kita punya sudah banyak. Seperti kita membeli rokok di warung, tahu tahu bungkus yang tersimpan di rumah terkumpul sampai tak terhitung. Dengan begitu, kita tidak disibukkan dengan pinjam tetangga.

Selain perkakas tukang bangunan, perkakas tukang kayu pun mesti ada yang kita miliki. Jika kita memperhatikan pekerjaan tukang kayu, alat-alat yang diperlukan jauh lebih banyak ketimbang tukang bangunan. Maka kita bisa memilah-milah sesuai dengan tingkat rutinitas pemakainan. Ada beberapa item perkakas yang seyogyanya dimiliki antara lain gergaji potong. Fungsinya untuk memotong kayu/bambu menjadi beberapa bagian yang lebih pendek. Gergaji ini sangat inti. Ada juga gergaji belah, yaitu membelah papan kayu menjadi beberapa lembar dengan lebar tertentu. Bentuk giginya berbeda dengan gergaji potong. Tetapi gergaji ini tidak terlalu sering dibutuhkan.

Perkakas tukang batu dan kayu, harga murah. Foto: pribadi

Seiring perkembangan zaman, perkakas tukang kayu mengalami pergeseran. Alat-alat yang dipakai banyak yang menggunakan listrik. Sangat meringankan pekerjaan ketimbang alat manual. Tidak saja menghemat tenaga tetapi juga waktu. Hasilnya pun lebih bagus. Kita bisa memilikinya sebatas yang kita inginkan. Yang paling mungkin adalah bor listrik (drill).  

Biasanya untuk urusan di rumah, alat ini sering dipergunakan. Karena kita bukan sebagai tukang kayu, maka untuk hemat uang cukuplah membeli mesin bor merek tertentu dengan harga yang terjangkau. Tapi jika ada uang lebih, sangat disarankan memberi perkakas yang kualitasnya sudah teruji. Tentu, harganya pun lebih mahal.

Kita bisa memperbanyak perkakas yang bentuknya kecil-kecil dan mudah menyimpannya. Beberapa jenis obeng dengan berbagai ukuran, kunci-kunci untuk keperluan memperbaiki sepeda atau motor. Atau barang kecil tapi begitu murah seperti test pen untuk cek ada tidaknya arus dalam kabel listrik. Perkakas ini fleksibel karena tidak membutuhkan tempat yang luas untuk penyimpanan.

Biasanya, mereka yang memiliki perkakas lengkap terkait karena hobi. Contoh saja, bagi yang hobi memperbaiki motor sendiri, ia tak sungkan untuk mengumpulkan perkakas. Dari kunci Inggris, kunci L, kunci bintang dan seterusnya. Dengan begitu, akan memberi keluasan dalam menikmati hobinya.

Suatu hari saya membaca tulisan Pak Dahlan Iskan di blognya, Disway. Ketika itu dia bertandang ke rumah temannya di Amerika Serikat. Rumah orang Indonesia yang seorang dokter. Di rumah yang mewah itu ia melihat satu ruangan yang isinya perkakas tukang. Semua serba listrik. Katanya, rumah keluarga di Amerika memiliki perkakas yang serba listrik itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline