Lihat ke Halaman Asli

Sarwo Prasojo

TERVERIFIKASI

[100 Puisi] Sajak Lincak Pasar

Diperbarui: 19 Februari 2016   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ceritabiasa05.blogspot.com"][/caption]tidak butuh dagangan menggunung
sedang lincak itu ambruk sendiri
tidak juga panas dan hujan yang membuatnya lekang dan lapuk
hingga ia berubah menjadi pembuat bara dalam tungku

lincak-lincak tersingkir perlahan pasti
merindui bau keringat,
pantat-pantat perempuan pengabdi pasar
merindui pula,
lalat-lalat yang kerap hinggap tak kenal permisi

pasar sepi seperti museum
minimarket telah mengambil hati
ramai orang-orang pasang gengsi di sana,
berdiri berjajar
menanti senyum gadis-gadis belia berseragam

lincak-lincak pudar tenggelam tak fungsi
empat kakinya tak kuasa tahan berdiri lagi
motor roda tiga menerjang
mengantinya,
menjadi lincak besi bergerak dari kampung ke kampung

Lelaki pengemudi membaca pesanan:
satu kilo kentang
seperempat cabe merah
sayur buncis ada?
Semua sampai tujuan; siap antar
tot…tot…tot: pembeli datang menjemput pesanan

ditelusuri pula lewat jalan kecil
merambah gang-gang sempit bercor beton
sepeda ontel memanggul serombongan kebutuhan dapur
dan perempuan bercaping lantas kencang bersuara:
sayur………….sayur………sayur bu………….sayur

 

 

*) Dalam rangka 100 Puisi Orang-orang kecil




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline