Lihat ke Halaman Asli

Sarwo Prasojo

TERVERIFIKASI

Cerpen: 1 Januari dan Satu Cerita Tersisa

Diperbarui: 3 Januari 2016   14:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan sudah menjadi jamak adanya di pusat-pusat kota, detik-detik pergantian tahun dirayakan secara gempita. Maka, tatkala mendengar di alun-alun kabupaten akan dipertontonkan kembang api menyambut tahun baru, perempuan desa itu mendekati suami pada siang, hari terakhir bulan Desember itu.

“Kang, sekali ini kita jangan di rumah. Katanya akan ada kembang api di alun-alun pas malam tahun baru.”

“Ah, enak tiduran di rumah,” tukas lelaki suami perempuan itu.

“Sekali-sekali, Kang. Orang-orang pada bercerita mau ke sana. Nonton.”

Jumali menatap datar wajah istrinya. “Naik apa ke sana malam-malam?”

Karsiem, perempuan itu, langsung menyambar pertanyaan tadi. “Ya, naik sepedalah!”

“Edan!”

“Memang!”

“Kamu sih enak, mbonceng. Aku di depan, mandi keringat, ngonthel sebelas kilo!”

“Kapan lagi, Kang. Mumpung. Mumpung belum punya anak. Kita bisa cerita ke anak kita kelak, kita pernah malam tahun baruan di alun-alun. Lihat kembang api.”

Jumali melihat semangat istrinya. Geloranya memancar ke seisi rumah reotnya, seakan menutupi lubang-lubang tikus pada dinding anyaman bambu rumah mereka. Dan menggeser genting lapuk yang kerap tampias terkena jatuhan hujan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline