Lihat ke Halaman Asli

Sarwo Prasojo

TERVERIFIKASI

Separuh Nyawa Ada di Ponsel

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1420849645483908432

Sumber: kaskus.co.id

Bangun tidur buka HP, mau tidur buka HP.   Sepanjang waktu sibuk atau tidak, HP lah yang menemani.  Tergenggam di tangan, tersimpan di saku dan emoh jauh-jauh dari jangkauan.  Bahkan yang lebih “konyol”, ke kamar mandi atau toilet pun, HP tetap diajak dalam kebersamaan.

Inilah gambaran perilaku anak muda sekarang, walaupun sebenarnya orang tua pun ada yang demikian.  Anak-anak sekarang merupakan generasi yang oleh Prof. Rhenald Kasali disebut sebagai generasi C, yang satu cirinya adalah connected.

Ya, anak muda sekarang enggan berdiam diri.  Selalu ingin terhubung setiap waktu, baik dengan orang atau pun peristiwa.  Memanfaatkan teknologi infomatika yang sekarang ini berkembang dan makin memudahkan.

Jaman dulu mengerjakan PR di dalam kamar sendirian terasa tersiksa, terutama bagi anak-anak yang malas belajar.  Kalaulah ingin mencontek, mereka harus berangkat pagi agar di kelas bisa meminjam hasil kerja temannya.  Sekarang ini beda.  Tidak perlu lagi repot.  Cukup hubungi teman dan minta difotokan hasil PR-nya kemudian kirim.   Jawaban bisa di dapat dengan cepat.  Super sekali!

Itu hanya satu contoh yang menunjukkan bahwa benda elektronik seperti HP atau gadget lainnya telah membantu mereka.  Mempercepat dan mempermudah.   Pasti gampang dibayangkan, alangkah kelimpungan mereka saat ponsel mereka lowbat, tidak ada pulsa atau tak terhubung karena tidak ada jaringan.  Sepertinya separuh nyawa sudah ada di dalamnya.   Terasa mati, saat mereka tidak bisa terhubung dengan yang lain, walaupun seringkali untuk hal yang tidak penting.  Seperti Cuma bertanya,”Kamu sekarang lagi ngapain?”

Satu hal yang menarik bagi saya, dengan fenomena connected ini adalah menempatkan mereka dalam situasi yang sungguh amat berbahaya.  Berbagai pemberitaan dan juga menyaksikan sendiri, anak-anak muda sudah banyak yang menjadi korban kecelakaan karena beraktifitas dengan perangkat selularnya saat berkendaraan.  Naik motor, misalnya.

Dalam keadaan jalan lengang mereka berjalan mengemudikan motor sambil satu tangannya memegang HP.  Melihat ke depan kemudian menatap layar HP, membaca tulisan yang tertera. Melihat ke depan lagi.   Yang lebih ”nggilani”, tidak sedikit mereka melakukan itu dikala lalu lintas sedang sibuk.  Wow!  Tidak saja anak SMP dan SMA, mereka yang sudah mahasiswa pun masih melakukan tindakan yang berisiko seperti itu.  Saya pribadi berusaha mengingatkan, itu jika memungkinkan.  Agar pengguna jalan sama-sama selamat.

Apakah begitu pentingnya berkoneksi dengan ponsel sambil mengemudikan kendaraan.  Bukankan aturan lalu lintas sudah menyebut bahwa hal itu termasuk pelanggaran lalu lintas?  Dimasukkan tindakan itu menjadi pelanggaran, karena membahayakan keselamatan di jalan raya.

Sepertinya di antara kita masih mengabaikan hal tersebut.  Masih kurangnya kesadaran dan kepedulian untuk menjadikan jalan raya sebagai milik bersama.  Masih bergerak sebatas menaiki kendaraan tanpa mau menggunakan logika berlalu lintas.

Apapun kebutuhannya, sebetapa pentingnya berhubungan melalui ponsel, sebaiknya dihindari saat tengah mengemudikan kendaraan.  Kenapa tidak saja menepi dan berhenti.  Mematikan ponsel.  Atau abaikan saja setiap bunyi atau getaran yang keluar dari ponsel.  Itu jauh lebih bijaksana.

Jika kita tak peduli dengan hal ini, sebenarnya kita tengah menyiapkan separuh nyawa untuk berada di ruang rumah sakit.  Atau yang lebih tragis, membuka liang kubur menjadi tempat peraduan.  Semoga kita bisa belajar dari yang sudah terjadi.  Wassalam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline